Minggu, 18 Desember 2016

Ciri-ciri dosen yang baik dan bermutu

1.Gaya Mengajar Yang Merangsang Belajar

  • Menyajikan kuliah dengan cara yang menarik dan melibatkan mahasiswa.
  • Menggunakan humor untuk membantu mempertahankan perhatian mahasiswa
  • Memperkuat setiap poin utama dengan memberikan rujukan, contoh, dan ilustrasi yang bermakna
  • Mengaitkan materi kuliah dengan dunia mahasiswa
  • Mengaitkan materi kuliah pada pengalaman sebenarnya dalam dunia nyata
  • Memusatkan perhatian pada pelajaran yang akan menjadi bagian permanen dari kehidupan seseorang dan akan digunakan berulang kali di luar kampus
  • Mengembangkan rasa ingin tahu
  • Menyediakan waktu untuk membuat mahasiswa secara psikologis siap untuk belajar
2. Kemampuan Untuk Berkomunikasi Secara Jelas
  • Menyampaikan informasi dengan cara yang jelas dan dapat difahami
  • Mampu mereduksi pengetahuan sampai pada komponen-komponennya yang paling sederhana
  • Mengaitkan satu sama lain informasi yang diberikan
  • Mengaitkan teori, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep pada penerapan praktis
  • Merumuskan tujuan belajar dengan jelas dan memberitahukannya keapda mahasiswa
  • Menjawab pertanyaan secara tuntas dan bebas
  • Memberikan umpan balik secara teratur dengan cara yang mendorong mahasiswa belajar
  • Menjelaskan kritik yang diberikan kepada mahasiswa
3. Menguasai Materi Kuliah Yang Dipegangnya  
  • Memiliki pengetahuan yang cukup luas dan mendalam di bidang ilmu yang dikuliahkan
  • Memiliki pengetahuan yang mutakhir di bidang ilmu yang dikuliahkan
  • Memiliki komitmen terhadap bidang yang menjadi spesialisasinya (selalu membaca literatur, menghadiri pertemuan profesional, dsb.)
  • Memelihara kontak dengan teman-teman sejawat di bidangnya (di dalam dan di luar kampus)
  • Dapat mendemonstrasikan dan menggambarkan aspek-aspek yang penting, serta menjelaskannya
  • Mengetahui materi kuliahnya dengan cukup baik sehingga dapat menekankan aspek-aspeknya yang paling penting
  • Menunjukkan dan perbedaan dan implikasi berbagai teori dan prinsip di bidang ilmu itu
  • Menghubungkan fakta-fakta dan konsep-konep yang lebih penting kepada bidang studi yang berkaitan
4. Siap dan Terorganisir
  • Merencanakan dengan baik kegiatan kuliah untuk satu semester, unit, minggu, sehari
  • Memberikan silbaus yang berisi tujuan mata kuliah, bibliografi, tugas, laporan laboratorium, pekerjaan rumah, jadwal tes, tugas khusus, penilaian, dan pedoam
  • Datang ke ruang kuliah siap untuk mengajarkan topik tersebut
  • Menggunakan waktu kuliah secara efektif dan efisien
  • Menyajikan kuliah sedemikian rupa sehingga mahasiswa dapat melihat hubungan-hubungan yang ada di dalam materi kuliah itu
  • Menggaris bawahi ide-ide yang utama
  • Menggunakan alat bantu belajar secara efektif
  • Memubat rangkuman untuk membantu mahasiswa mempelajari dan mengingat materi kuliah
5. Memiliki Antusiasme Yang Dinamis
  • Merasa tertarik dan senang mengajar, dan menunjukkan hal itu
  • Secara tulus tertarik pada mata kuliah itu
  • Membuat belajar itu menjadi suatu pengalaman yang menyenangkan
  • Memancarkan sikap yang positif ke arah kehidupan secara umum
  • Mengembangkan gaya kemanusiaannya sendiri yang unik
  • Mau berusaha lebih keras untuk membuat mahasiswa melakukan apapun yang diperulukan untuk belajar
6. Memiliki Kepedulian Pribadi Terhadap Mahasiswa
  • Secara tulus menghormati mahasiswa dan menunjukkan sikap peduli dan siap membantu ini
  • Menunjukkan dengan jelas bahwa ia ingin membantu mahasiswa belajar
  • Menyediakan waktu dan berusaha untuk mengenal mahasiswa dan kebutuhan mereka
  • Bekerja dengan setiap mahasiswa sebagai pribadi
  • Berbicara dengan mahasiswa, baik di dalam maupun di luar kelas
  • Membantu mahasiswa menemukan jawaban atas pertanyaan mereka sendiri
  • Dihargai karena nasihat-nasihatnya pada hal-hal selain masalah kuliah, serta dalam kegiatan di dalam kelas
7. Ketrampilan Berinteraksi
  • Melihat kebutuhan mahasiswa dan selalu mengikuti perkembangan kemajuan setiap mahasiswa
  • Menggunakan reaksi dan umpan balik dari mahasiswa untuk meningkatkan danmemandu tindakannya
  • Secara akurat membaca dan mengomunikasikan sinyal-sinyal non-verbal
  • Mengetahui ketika para mahasiswa tidak mengerti
  • Memandang mahasiswa ketika berbicara kepada mereka, di dalam atau di luar ruang kuliah-kontak mata menunjukkan adanya kesadaran sebenarnya
  • Berusaha agar mahasiswa saling mengenal
  • Memuji prestasi mahasiswa yang berhasil untuk memotivasi belajar mereka di masa mendatang
8. Fleksibilitas, Kreativitas, Keterbukaan
  • Menggunakan berbagai ragam gaya dan metode penyajian kuliah
  • Membagi setiap jam kuliah menjadi setidaknya tiga kegiatan yang terpisah
  • Bekerja dengan berbagai mahasiswa secara bebeda
  • Mengubah pendekatan mengajar untuk menyesuaikan dengan situasi baru
  • Secara berkala, mencoba ide-ide baru dan berbeda
  • Terus meneus mencari ide-ide, pendekatan dan metode mengajar yang baru
  • Terbuka terhadap saran mahasiswa mengenai isi, metode perkuliahan, dan tugas-tugas yang diberikan kepada mahasiswa
  • Menggunakan individualitas dan originalitas dalam mengatur kegiatan belajar mengajar
9. Memiliki Kepribadian Yang Kuat
  • Memiliki integritas dan krjujuran dalam semua hubungannya dengan mahasiswa
  • Mengemukakan di depan semua peraturan dan persyaratan khusus tanpa ada harapan yang disembunyikan
  • Tidak mengubah peraturan tanpa persetujuan mahasiswa
  • Sangat berhati-hati dan bertindak adil dalam memberikan nilai dan ujian
  • Menjaga kerahasiaan mahasiswa
  • Bersedia mengambil resiko untuk berbuat salah dan kemudian memperbaiki kesalahan yang telah dibuatnya
  • Memiliki kesabaran dan pengertian bagi mahasiswa baru
10. Komitmen
  • Menunjukkan keingingan tulus untuk mengajar
  • Menjadikan mengajar sebagai poritas nomor satu
  • Menerima pembatasan dan kerja yang diperlukan menjalankan tugas secara benar
  • Melakukan segala apa yang diperlukan untuk selalu memberi tahu mahasiswa tentang kemajuan, keberhasilan, dan kebutuhannya
  • Meminta masukan dari mahasiswa, teman sejawat, dan pegawai administrasi untuk tujuan perbaikan
  • Menerima kritik dan saran sebagai tanda perubahan yang positif
  • Selalu mencari cara-cara mengajar yang baru dan lebih baik
  • Berbagi ide-ide terbaik dengan teman sejawat demi peningkatan profesional mereka

Filsafat di Zaman Patristik

Filsafat di Zaman Patristik
Filsafat di zaman Patristik menimbulkan dua pandangan yang berbeda yaitu pandangan yang beranggapan bahwa agama Kristen sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan dan pandangan yang beranggapan bahwa agama Kristen berdasarkan filsafat Yunani. Keduanya saling menuduh dan memfitnah sehingga muncul upaya untuk membela agama Kristen, yaitu para apologis (pembela agama Kristen) dengan kesadarannya membela iman kristen dari serangan filsafat Yunani. Para pembela iman Kristen tersebut antara lain sebagai berikut.[4]
(1)               Justinus Martir
Nama aslinya Justinus, kemudian nama Martir diambil dari istilah “orang-orang yang rela mati hanya untuk kepercayaannyaa”. Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen.
(2)               Klemens (150-215 M)
Ia juga termasuk pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani. Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut.
a)      Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk mempertahankan diri dari otoritas filsafat Yunani.
b)      Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani.
c)      Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen dan memikirkan secara mendalam.
(3)               Tertullianus (160-222 M)
Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melakukan pertobatan ia menjadi gigih membela Kristen secara fanatik. Ia menolak kehadiran filsafat Yunani karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada hubungan gereja dengan akademi, tidak ada hubungan antara Kristen dengan penemuan baru.
(4)               Augustinus (354-430 M)
Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain Platonisme dan Skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.
Di sisi lain filsafat di zaman Patristik juga mengalami masa keemasan. Zaman keemasan Patristik, meliputi Yunani maupun Latin yang muncul pada masa yang kurang lebih sama. Di Yunani, zaman keemasan terbangun setelah Kaisar Constantinus Agung mengeluarkan “Edik Milano” yang melindungi warganya dalam dan untuk menganut agama Kristen. Sebelumnya, gereja Kristen mengalami penindasan di bawah penguasa Romawi yang menjajahnya. Tiga bapak gereja yang penting untuk dikenal mewakili kehidupan pemikiran masa ini, adalah Gregorius dari Nazianza (330-390), Basilius (330-379), dan adiknya Gregorius dari Nyssa (335-394). Mereka membangun sintesis dari agama Kristen dan kebudayaan helenitas. Di antara ketiga orang tersebut, yang paling pandai adalah Gregorius dari Nyssa. Pada dasarnya, mereka menggunakan neoplatonisme, namun mereka menolak disebut neoplatonisme yang merendahkan materi. Pada abad ke-8, zaman keemasan Patristik Yunani berakhir dengan Johannes Damascenus sebagai raja menulis suatu karya berjudul “Sumber Pengetahuan” yang secara sistematis menggambarkan seluruh sejarah filsafat pada zaman Patristik Yunani, sebanyak tiga jilid. (Sutardjo A. Wiramihardja, 2006 : 52)[5]
Pada abad ke 4, terjadi zaman keemasan Patristik Latin. Nama besar jajaran bapak gereja Barat adalah Augustinus (354-430) yang dinilai menjadi pemikir terbesar untuk seluruh zaman Patristik. Adapun kekuatan dan kelemahan dari pemikiran Augustinus adalah bahwa pemikiran merupakan integrasi dari Teologi Kristen dan pemikiran filsafatinya. Tulisannya adalah penghayatan rohani pribadinya. Ia sendiri tidak sepaham dengan pendapat yang mengatakan bahwa filsafat itu otonom atau lepas dari iman Kristiani. Menurutnya filsafat dapat dipahami sebagai “ Filsafat Kristiani” atau “Kebijaksanaan Kristiani” saja. Dalam filsafat, ia tergolong pengikut neoplatonisme, bahkan platonisme. Pemikiran lain yang memengaruhi Augustinus adalah stoisisme.
Pada pemikiran Augustinus, ada beberapa hal penting yang dapat dipahami, yaitu sebagai berikut.
(1)          Iluminasi atau penerangan. Rasio insani hanya dapat abadi jika mendapat penerangan dari rasio Ilahi. Allah adalah guru yang tinggi dalam batin kita dan menerangi roh manusia.
(2)          Dunia jasmani yang terus-menerus berkembang bergantung kepada Allah.
(3)          Manusia yang dipengaruhi platonisme, tetapi tidak mengakui dualisme ekstrem Plato, jiwanya senantiasa kurung tubuh. Tubuh bukan merupakan sumber kejahatan. Sumber kejahatan adalah dosa yang berasal dari kehendak bebas. (Wiramihardja, 2006 : 54)[6]

Pengertian dan Sejarah Patristik

Pengertian dan Sejarah Patristik
Istilah patristik berasal dari kata latin “patres” yang berarti bapak dalam lingkungan gereja. Bapak yang mengacu pada pujangga Kristen, mencari jalan menuju teologi Kristiani, melalui pelekatan dasar intelektual untuk agama Kristen. Dalam masyarakat luas, terdapat pemikiran filososof yang disebut sebagai kebudayaan kafir. Jadi, ada dua pengertian yang berlainan yaitu yang berdasarkan agama Kristen dan berdasarkan filsafat Yunani. Pandangan pemikir agama pun terbagi tiga dalam menanggapi filsafat ini. Pandangan pertama berpendapat bahwa setelah ada wahyu Ilahi yang terwujud dalam Yesus Kristus, seharusnya pemikiran filosofis lainnya berhenti atau tidak ada sama sekali. Pandangan kedua, berusaha untuk menengahinya dengan menyintesiskan kedua pemikiran tersebut. Pandangan ketiga bahkan menyatakan bahwa filsafat Yunani merupakan langkah awal menuju agama (praeparatio evangelica) yang harus diterima dan dikembangkan. (Sutardjo A. Wiramihardja, 2006 : 52)[3]
Para filosof zaman ini di antaranya Yustinus Martyr, Clemens (150-215 M), dan Origenes (185-254 M). Martyr adalah pemikir yang sejak semula telah mempelajari berbagai sistem filsafat. Ia menulis dua buku tentang membela hak agama Kristen. Clemens dan Origenes berasal dari Alexandria, kota yang merupakan pusat intelektual pada akhir zaman kuno yang merancang suatu teologi yang tersusun secara ilmiah berdasarkan filsafat Yunani, khususnya Platoisme dan Stoisisme.

Masa Skolastik Keemasan

Masa Skolastik Keemasan
Pada masa skolastik awal, filsafat bertumpu pada alam pikiran dan karya-karya Kristiani. Akan tetapi sejak pertengahan 12 karya-karya non-Kristiani mulai muncul dan filsuf Islam mulai berpengaruh. Masa ini merupakan masa kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200-1300 M. Masa ini juga disebut masa berbunga disebabkan bersamaan dengan munculnya beberapa universitas dan ordo-ordo yang menyelenggarakan pendidikan ilmu pengetahuan.
Secara umum ada beberapa faktor yang menjadikan masa skolastik mencapai masa keemasan, yaitu:
a.       Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad 12-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
b.      Tahun 1200 M didirikan Universitas Almamater di Prancis.  Universitas ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah juga sebagai embrio berdirinya universitas di Paris, Oxford, Montpellier, Cambridge, dll.
c.       Berdirinya ordo-ordo karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan keruhanian saat kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peranan di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.
Pada mulanya hanya filsuf yang membawa dan meneruskan ajaran Aristoteles. Namun, upaya ini kemudian mendapat perlawanan dari Augustinus disebabkan adanya anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang mulai dikenal pada abad ke-12 telah diolah dan tercemar filsuf Arab (Islam) yang membahayakan ajaran Kristen.
Untuk menghindari pencemaran tersebut, Albertus Magnus dan Thomas Aquinas sengaja menghilangkan unsur-unsur dari Ibnu Rusyd dengan menerjemahkan langsung dari bahasa Latinnya. Bagian ajaran Aristoteles yang bertentangan dengan ajaran Kristen juga diganti dengan teori-teori baru yang bersumber pada ajaran Aristoteles dan diselaraskan dengan ajaran ilmiah. Upaya ini sangat berhasil ditandai dengan terbitnya buku Summa Theologiae sekaligus membuktikan bahwa ajaran Aristoteles telah mendapatkan kemenangan dan sangat berpengaruh terhadap perkembangan skolastik. Tokoh yang paling terkenal pada masa ini adalah Albertus Magnus dan Thomas Aquinas.

Periode skolastik Islam dapat dibagi dalam empat masa

Periode skolastik Islam dapat dibagi dalam empat masa, yaitu :
A.      Periode Kalam Pertama
Periode ini ditandai dengan munculnya kelompok-kelompok mutakallimin/aliran-aliran dalam ilmu kalam, diantaranya :
a.    Khawarij
b.    Murjiah
c.    Qadariyah
d.   Jabariyah
e.    Mu’tazilah
f.     Ahli Sunah
Dalam kaitanya dengan filsafat, aliran yang paling menonjol adalah Mu’tazilah yang dimotori oleh Wasil bin Atha dan dianggap sebagai rasionalisme Islam. Timbulnya aliran ini antara lain sebagai jawaban atas tantangan-tantangan yang timbul berupa paham-paham mengenai masalah Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan, yaitu paham tasybih (anthropomorphisme), jabariyah (determinisme), dan khawarij (paham teokratik). Mu’tazilah memberi jawaban dengan konsep-konsep sebagai berikut :
a.    Keesaan Tuhan (al-tauhid)
b.    Kebebasan Kehendak (al-iradah)
c.    Keadilan Tuhan (al-‘adalah)
d.   Posisi Tengan (al-manzilah bain al-manzilatain)
e.    Amar Ma’ruf Nahi Munkar (al-amr bi al-ma’ruf wa al nahy’an al-munkar)
B.       Periode Filsafat Pertama
Periode ini ditandai dengan munculnya ilmuwan dan ahli-ahli dalam berbagai bidang yang menaruh perhatian terhadap filsafat Yunani, terutama filsafat Aristoteles.
Periode filsafat Islam pertama adalah periode munculnya filsuf-filsuf Muslim di wilayah Timur, masing-masing adalah :
a.    Al-Kindi (806-873 M)
b.    Al-Razi (865-925 M)
c.    Al-Farabi (870-950 M)
d.   Ibnu Sina (980-1037 M)
C.       Periode Kalam Kedua
Periode ini ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh kalam penting dan besar  pengaruhnya terhadap perkembangan ilmu kalam berikutnya, mereka antara lain :
a.         Al-Asy’ari (873-957 M)
Semula ia adalah penganut Mu’tazilah, tetapi karena tidak puas dengan keterangan-keterangan gurunya, Al-Juba’i akhirnya ia keluar dari Mu’tazilah. Aliran dan pahamnya kemudian disebut Asy’ariyah. Disamping Asy’ariyah juga Al-Matudiri.
b.         Al-Ghazali (1065-1111 M)
Ia adalah sosok muslim yang berpengaruh besar terhadap dunia Islam. Ia bergelar “Hujjatul Islam” (benteng Islam). Semula ia adalah seorang mutakallimin, namun karena kemudian ia tidak menemukan kepuasan dengan metode-metode pemikiran kalam, ia beralih ke lapangan filsafat. Namun di filsafat ia juga tidak menemukan kepuasan dan akhirnya beralih ke lapangan tasawuf. Di bidang terakhir inilah ia menemukan sesuatu yag dicarinya. Sikapnya terhadap filsafat dan filsuf tercermin dalam bukunya Tahafut al-Falasifah (Kerancuan para Filsuf).
D.      Periode Filsafat Kedua
Periode ini ditandai dengan tampilnya sarjana-sarjana dan ahli-ahli dalam berbagai bidang yang juga meminati filsafat. Mereka hidup dalam masa Daulah Amawiyah di Spanyol (Eropa) pada saat Eropa sedang dalam masa kegelapan. Dengan tampilnya para filsuf muslim di Eropa ini, ilmu dan peradaban tumbuh berkembang dan terus meningkat. Mereka adalah :
a.    Ibnu Bajjah (1100-1138 M), di Barat dikenal dengan sebutan Avempace.
b.    Ibnu Thufail (m. 1185 M), di Barat dikenal dengan sebutan Abubacer.
c.    Ibnu Rusyd (1126-1198 M), di Barat dikenal dengan sebutan Averrose.
Perlu dicatat disini bahwa pada masa Ibnu Rusyd menunjukkan sikap pembelaannya terhadap filsafat dan para filsuf atas serangan-serangan Al-Ghazali. Ia berusaha meng-counter pendapat Al-Ghazali dalam buku Tahafut al-Falasifah dengan bukunya yang berjudul Tahafut al-Tahafut (Kerancuan kitab Tahafut).
Sampai pertengahan abad XII orang-orang Barat belum mengenal filsafat Aristoteles secara keseluruhan. Skolastik Islamlah yang membawakan perkembangan filsafat di Barat. Berkat tulisan para ahli fikir Islam, terutama Ibnu Rusyd, orang-orang Barat itu mengenal Aristoteles. Para ahli fikir Islam (periode skolastik Islam) ini adalah Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Rusyd dan lainnya. Peran mereka sangat besar, tidak dalam pemikiran filsafat saja tetapi juga memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa dalam bidang ilmu pengetahuan. Para ahli fikir Islam sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles adalah benar, Plato dan Al-Qur’an adalah benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat. Banyak buku filsafat dan sejenisnya mengenai peranan para ahli fikir Islam atas kemajuan dan peradaban Barat yang sengaja disembunyikan disebabkan mereka (Barat) tidak mengakui secara terus terang jasa para ahli fikir Islam dalam mengantarkan kemodernan Barat.

Pelopor aliran pemikiran

Pelopor aliran pemikiran:
a)    Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596 – 1650) yang desebut sebagai bapak filsafat modern.
b)   Sebagai tokoh empirisme adalah Thomas Hobbes, dan John Locke.
c)    Isaac Newton (1642 – 1727) dan Immanuel Kant (1724 – 1804) adalah tokoh dari Kristinisme.
d)   Pelopor Idealisme: I.G Fichte (1762 – 1814), F.W.J. Scheling ( 1775-1854), G.W.T. Hengel (1770-1831), Schopenhauer (1788 – 1860).
e)    Beberapa  tokoh positivisme: August Comte (1798 – 1857), John S. Mill (1806 – 1873), Herbert Spencer (1820 – 1903)
f)    Aliran evolusionisme dipelopori oleh seorang Zoologi yang mempunyai pengaruh sampai saat ini yaitu, Charles Robert Darwin (1809 – 1882). Ia mendominasi pemikiran filsafat abad ke-19.
g)   Tokoh dari materialisme adalah Julien de Lamettrie (1709 – 1751), Ludwig Feueurbach (1804 – 1872), dan Karl Marx (1818 – 1883).
h)   Wilhelm Windlband (1848 – 1915), Herman Cohen (1842 – 1918), Paul Natrop (1854 – 1924), Heinrich Reickhart (1863 – 1939) adalah tokoh dari Neo-Kantianisme.
i)     Tokohnya pragmatisme adalah William James (1842 – 1910).
j)     Tokoh dari filsafat hidup adalah Henry Bergson (1859 – 1941), dan John Dewey (1859 – 1952).
k)   Tokoh dari fenomenologi adalah Edmund Husserl (1839 – 1939), dan pengikutnya Max Scheler (1874 – 1928).
l)     Pelopor dari eksistensialisme adalah Soren Kierkegaard (1813 – 1855), Martin Heidegger, J.P.Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel.
m)  Aliran yang mengikuti neo-thomisme adalah paham Thomas Aquinas.

TOKOH YANG HIDUP MASA ABAD PERTENGAHAN

TOKOH YANG HIDUP MASA ABAD PERTENGAHAN
Dari definisi yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa tokoh/filosof yang berbendapat antara lain:
  • Ø Pada Masa Patristik
–       Justinus Martin
Nama aslinya Justinus, kemudiam nama Marin diambil dari istilah “orang-orang yang rela mati hanya untuk kepercayaan”. Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelu Socrates dan Plato. Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dngan mmakai hikmah Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani ini mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini orang-oran Yahudi (Socrates, Plato dan Lin-lain) kurang memahami apa yang terkandung dan memacar dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga orang-orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Mengapa mereka menyimpang? Karena orang-orang Yahudi terpengaruh leh demon atau setan. Demon atau setan tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama Kristen lebih bermutu dibanding dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan Justinus Martir.
–       Klemens ( 150 – 215 )
Ia juga termaksud pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani. Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut:
  • Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk memprtahankan diri dari otoriter filsafat Yunani;
  • Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani;
  • Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan pemikiran secara mendalam;
–       Tertullianus (160-222)
Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melaksanakan pertobatan ia menjadi gigih membela Kristen secara fanatik. Ia menolak khadiran filsafat Yunani karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubugan antara teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada hubungan antara gereja akademi, tidak ada hubungan antara Kristen dengan penemuan baru.
Selanjutnya ia megatakan bahwa dibanding dengan cahaya Ktisten, segala yang dikatakan oleh para filosof Yunani dianggap tidak penting. Apa yang dikatakan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab Suci. Akan tetapi karena kebodohan para filosof, kebenaran kitab suci tersebut dihapuskan. Akan tetapi lama-kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat Yunani sebagai cara berfikir yang rasional. Alasanya bagaimanapun juga berfikir yang rasional diperlukan sekali. Pada saat itu, karena pemikiran filsafat yang diharapkan tidak dibakukan,, saat itu filsafat hanya mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani saja, sehingga, akhirnya Tertullianus melihat filsafat hanya demensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat sebagai cara atau metode berfikir untuk memikirkan kebenaran-kebenaran Tuhan beserta sifat-sifatnya.
–       Augustinus (354 – 430)
Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain Plantoniasme dan Skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolistik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.
Setelah mempelajari aliran Skeptisisme, ia kemudia tidak menyetujui atau menyukainya, karena di dalamnya terdapat pertentangan batiniah. Orang dapat meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseoran yang ragu-ragu sebenarnya ia berfikir dan seseorang yang berfikir sesungguhnya ia berada (eksis). Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia dan batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikiran manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kekayaan yang lebih tinggi.
Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad dan mempengaruhi pemikiran Eropa. Perlu diperhatikan bahwa para pemikir Patristik itu sebagai pelopor pemikiran skolastik. Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari skolastik dapat mendominan hampir sepuluh abad? Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada suatu sistem sehingga ajarannya mampu meresap sampai masa skolistik.
  • Ø Pada masa Skolistik
v Skolastik Awal
–       Peter Abaelardus (1079 – 1180)
Ia dilahirkan di Le Pallet, Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar engan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termaksud orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artiya peranan akal dapat menundukkan kekuatan iamn. Iman harus mau didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal. Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berfikir harus sejalan sengan man. Aberlardus memberikan alasan bahwa berfikir itu berada di luar iman (di lur kepercayaan). Karena itu berfikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika  yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bhwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukt. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampr kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termaksud bukti dalam wahyu Tuhan.
–       Johanes Scotus Eriugena (815 – 870)
Ia adalah seorang yang sangat ajaib sekali. Ia menguasai bahasa Yunani dengan amat baik pada suatu zaman orang banyak hampir tidak mengenal bahasa itu. Juga ia berhasil menyusun suatu sistem filsafat yang teratur serta mendalam pada suatu zaman ketika orang masih berfikir hanya dengan mengumpulkan pendapat-pendapat orang lain saja. Sekalipun demikian ia masih juga dipengaruhi tokoh-tokoh lain, yaitu Augustinus dan Dionisios dari Aeropagos.
Pemikiran filsafatinya berdasarkan keyakinan Kristiani. Oleh karena itu segala penelitian dimulai dari iman, sedang wahyu ilahi dipandang sebagai sumber bahan-bahan filsafatnya. Menurut dia, akal bertugas mengungkapkan arti yang sebenarnya dari bahan-bahan filsafatnya yang digalinya dari wahyu ilahi itu. Hal ini disebabkan karena, menurut dia, wahyu ilahi, karena kelemahan kita, dituangkan dalam bentuk simbul-simbul. Sekalipun simbul-simbul itu telah disesuikan dengan akal kita, namun realitas atau isi simbul-simbul itu diungkapkan secara kurang sempurna. Umpamanya: di dalam Kitab Suci terdapat arti yang bermacam – macam dari suatu simbul. Hal ini bermaksud supaya akal didorong mencari arti yang benar. Akibatnya pandangan ini ialah, bahwa arti yang benar itu ditemukan oleh Johanes dengan jalan penafsiran allegoris atau kiasan. Pangkal pemikiran metafisis Johanes adalah demikian: Makin umum sifat sesuatu, makin nyatalah sesuatu itu. Yang paling bersifat umum itulah yang paling nyata. Oleh karena itu zat yang sifatnya paling umum tentu memiliki realitas yang paling tinggi. Zat yang demikian itu adalah alam semesta. Alam adalah keseluruhan realitas. Oleh karena itu hakekat alam adalah satu, esa.
–       Anselmus dari canterbury (1033 – 1109)
Dilahirkan di Aosta, Piemont, yang kemudian menjadi uskup di Canterbury. Sekalipun sebagian karyanya di tulis pada abad ke-11, akan tetapi karena karya – karyanya itu besar sekali pengaruhnya atas pemikiran Skolastik, maka tiada keberatan untuk untuk membicarakan tokoh ini sebagai termaksud tokoh abad ke-12. Dapat katakan bahwa ia adalah Skolastikus pertama dalam arti yang sebenarnya. Di antara karya – karyanya yang penting adalah “Cur deus homo” (Mengapa Allah menjadi manusia), Monologion, Proslogion, dll. Pemilam artkiran dialektika, atau pemikiran dengan akal, diterima sepenuhnya bagi pemikiran teologia. Akan tetapi bukan dalam arti bahwa hanya akallah yang dapat memimpin orang kepada kepercayaan, melainkan bahwa orang harus percaya dahulu supaya dapat mendapatkan penegrtian yang benar akan kebenaran. Pandangan yang demikian ini ternyata menguasai panangan orang pada abad-abad berikutnya, terlebih-lebih para pemikir yang bergerak ke jurusan pemikiran Neoplatonisme dan mistik.
–       Petrus Abaelardus (1079 – 1142)
Dilahirkan di Le Pallet (dekat Nantes), di Perancis. Pandangan tajam sekali, akan tetapi karena kekerasan wataknya sering ia bentrokan dengan para ahli pikir lainnya dan dengan para pejabat gerejani. Jasa-jasanya terletakdalam pembaharuan metode peikiran dan dalam memikirkan lebih lanjut persoalan-persoalan dialektis yang aktual. Metode yang dipakai adlah rasionalistis, yang menundukkan iman kepada akal. Iman harus mau diawali akal. Ang wajib dipercaya ialah apa yan telah disetujui akal dan telah diterima olehnya. Pandangan ini berbeda sekali dengan pandangan Anselmus, yang mengemukakan, bahwa berfikir harus dilaksanakan dalam iman.
v Skolastika Puncak
–       Albertus mangunus (1203 – 1280)
Di samping sebaga birawan, Albertus mangunus juga dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doktor universalis” dan  “doktor magnus”, kemudian bernama Albertus mangnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar artes liberalis, ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedkteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bologna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudia masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teknologi. Selain daripada itu ia juga mengantarkan ajaran Aristotelesdi Eropa Barat, yang oleh karenanya telah membuka keterangan yang baru bagi pemikiran Kristiani terhadap gagasan-gagasan dasar filsafat Aristoteles. Lebih dari siapa pun ia telah memperkenalkan Aristotles kepada dunia Barat. Sekalipun demikian ia tetap setia kepada bebrapa dalil Neoplatonisme, bahkan telah memperkuat pengaruh Neoplatonisme dengan keterangannya yang mengenai ajaran Dionision dan Areopagos.
–       Thomas Aquinas (1225-1274)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Di samping sebagai ahli pikir, ia juga serang dokter gereja bangsa italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, Italia. Ia merupakan tooh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci greja Katolik Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun 1245 belajar pada Albertus Magnus. Pada tahun 1259 menjadi guru besar dan penasihat istana Paus. Karya Thomas Aquinas telah menanadai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad pertengahan. Ia berusaha untuk memebuktikan bahwa iaman Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi tentang pemikirannya yang logis.
Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan ynag berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia mengimbau agar orang-orang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yan terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara keutuhan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yan berada di luar kekuatan pikir. Thomas telah menafsirkan pandangan Tuhan sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan tidak berhubungan dengan atau tidak mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan tidak pernah menciptakan dunia, tetapi zat dan pemikirannya tetap abadi.

v Skolastik Akhir
–       William Ockham (1285 – 1349)
Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkatran umu denga Paus John XXII, ia dipenjara di Alvignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan Mendahlilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda atu demi satu dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak. Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep – konsep atau kesimpulan – kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Disamping itu, ia membantah anggapan skolistik bahwa logika dapat mebuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.
–       Nicolas Cusasus (1401 – 1464 )
Ia sebagi tokoh pemikiran yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengena, yaitu lewat indra, akal, dan instuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjsad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. hanya dengan intuisi inilah kita akn dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui. Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada knyataan, yaitu suatu tempat di mana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan.
Pemikran Nicolas ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikiranya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.

TOKOH ATAU FILOSOF YANG HIDUP PADA MASA MODERN
Tidak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern tlah dimulai secara historis, zaman modern dimuali sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance. Renaisance berarti klahiran kembali, yang mengacu kpaa gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14) tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempatan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembal gereja yang terpecah-pecah. Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang harmonis dari keahlian-keahian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik. Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas. Perhatian yang sungguh-sungguh atas segala hal yang konkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat, dan sejarah. Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern ini didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual dan yang konkret.
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pegetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance. Seperti Rene descartes, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes juga seorng ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalhsistem koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi. Charles Darwin dengan teorinya struggle for life (perjuangan untuk hidup).
Dalam era modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20, muncullah berbagai aliran pemikiran: Rasionalsme, Empirisme, Kristisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.