Selasa, 06 Desember 2016

Bentuk dan Jenis Kemiskinan

.3. Bentuk dan Jenis Kemiskinan
Dimensi kemiskinan yang dikemukakan oleh Chambers memberikan
penjelasan mengenai bentuk persoalan dalam kemiskinan dan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kondisi yang disebut memiskinkan. Konsep kemiskinan
tersebut memperluas pandangan ilmu sosial terhadap kemiskinan yang tidak
hanya sekedar kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhankebutuhan
pokok, akan tetapi juga kondisi ketidakberdayaan sebagai akibat
rendahnya kualitas kesehatan dan pendidikan, rendahnya perlakuan hukum,
kerentanan terhadap tindak kejahatan (kriminal), resiko mendapatkan perlakuan
negatif secara politik, dan terutama ketidakberdayaan dalam meningkatkan
kualitas kesejahteraannya sendiri.
Berdasarkan kondisi kemiskinan yang dipandang sebagai bentuk
permasalahan multidimensional, kemiskinan memiliki 4 bentuk. Adapun keempat
bentuk kemiskinan tersebut adalah (Suryawati, 2004):
1) Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi di mana pendapatan seseorang
atau sekelompok orang berada di bawah garis kemiskinan sehingga
kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan standar untuk pangan,
sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk
meningkatkan kualitas hidup. Garis kemiskinan diartikan sebagai
pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-rata untuk kebutuhan pokok
berkaitan dengan pemenuhan standar kesejahteraan. Bentuk kemiskinan
absolut ini paling banyak dipakai sebagai konsep untuk menentukan atau
30
mendefinisikan kriteria seseorang atau sekelompok orang yang disebut
miskin.
2) Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang terjadi
karena adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau
ke seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan adanya
ketimpangan pendapatan atau ketimpangan standar kesejahteraan. Daerahdaerah
yang belum terjangkau oleh program-program pembangunan
seperti ini umumnya dikenal dengan istilah daerah tertinggal.
3) Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat
adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya
berasal dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk
memperbaiki taraf hidup dengan tata cara moderen. Kebiasaan seperti ini
dapat berupa sikap malas, pemboros atau tidak pernah hemat, kurang
kreatif, dan relatif pula bergantung pada pihak lain.
4) Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena
rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada
suatu tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang kurang mendukung
adanya pembebasan kemiskinan. Bentuk kemiskinan seperti ini juga
terkadang memiliki unsur diskriminatif.
31
Bentuk kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang paling
banyak mendapatkan perhatian di bidang ilmu sosial terutama di kalangan negaranegara
pemberi bantuan/pinjaman seperti Bank Dunia, IMF, dan Bank
Pembangunan Asia. Bentuk kemiskinan struktural juga dianggap paling banyak
menimbulkan adanya ketiga bentuk kemiskinan yang telah disebutkan
sebelumnya (Jarnasy, 2004: 8-9). Setelah dikenal bentuk kemiskinan, dikenal pula
dengan jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya. Adapun jenis kemiskinan
berdasarkan sifatnya adalah:
1) Kemiskinan Alamiah
Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang terbentuk sebagai akibat
adanya kelangkaan sumber daya alam dan minimnya atau ketiadaan pra
sarana umum (jalan raya, listrik, dan air bersih), dan keadaan tanah yang
kurang subur. Daerah-daerah dengan karakteristik tersebut pada umumnya
adalah daerah yang belum terjangkau oleh kebijakan pembangunan
sehingga menjadi daerah tertinggal.
2) Kemiskinan Buatan
Kemiskinan buatan adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh sistem
moderenisasi atau pembangunan yang menyebabkan masyarakat tidak
memiliki banyak kesempatan untuk menguasai sumber daya, sarana, dan
fasilitas ekonomi secara merata. Kemiskinan seperti ini adalah dampak
negatif dari pelaksanaan konsep pembangunan (developmentalism) yang
umumnya dijalankan di negara-negara sedang berkembang. Sasaran untuk
mengejar target pertumbuhan ekonomi tinggi mengakibatkan tidak
32
meratanya pembagian hasil-hasil pembangunan di mana sektor industri
misalnya lebih menikmati tingkat keuntungan dibandingkan mereka yang
bekerja di sektor pertanian.
Kedua jenis kemiskinan di atas seringkali masih dikaitkan dengan konsep
pembangunan yang sejak lama telah dijalankan di negara-negara sedang
berkembang pada dekade 1970an dan 1980an (Jarnasy, 2004: 8).
Persoalan kemiskinan dan pembahasan mengenai penyebab kemiskinan
hingga saat ini masih menjadi perdebatan baik di lingkungan akademik maupun
pada tingkat penyusun kebijakan pembangunan (Suryawati, 2004: 123). Salah
satu perdebatan tersebut adalah menetapkan definisi terhadap seseorang atau
sekelompok orang yang disebut miskin. Pada umumnya, identifikasi kemiskinan
hanya dilakukan pada indikator-indikator yang relatif terukur seperti pendapatan
per kapita dan pengeluaran/konsumsi rata-rata. Ciri-ciri kemiskinan yang hingga
saat ini masih dipakai untuk menentukan kondisi miskin adalah:
1) Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan
kerja, dan ketrampilan yang memadai.
2) Tingkat pendidikan yang relatif rendah
3) Bekerja dalam lingkup kecil dan modal kecil atau disebut juga bekerja di
lingkungan sektor informal sehingga mereka ini terkadang disebut juga
setengah menganggur
4) Berada di kawasan pedesaan atau di kawasan yang jauh dari pusat-pusat
pertumbuhan regional atau berada pada kawasan tertentu di perkotaan
(slum area)
33
5) Memiliki kesempatan yang relatif rendah dalam memperoleh bahan
kebutuhan pokok yang mencukupi termasuk dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan dan pendidikan sesuai dengan standar kesejahteraan
pada umumnya.
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa ciri-ciri kemiskinan di atas
tidak memiliki sifat mutlak (absolut) untuk dijadikan kebenaran universal
terutama dalam menerangkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kemiskinan ataupun terbentuknya kemiskinan. Sifat-sifat kemiskinan di atas
hanya merupakan temuan lapangan yang paling banyak diidentifikasikan atau
diukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar