Kata agama berasal dari dua suku kata yaitu “A” yang berarti tidak ada
“Gama” yang berarti kacau. Jadi
agama berarti tidak kacau.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama berarti ajaran,
sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan
Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.
Edgar Sheffield Brightman mengatakan bahwa agama adalah
suatu unsur mengenai pengalaman-pengalaman yang dipandang mempunyai nilai
tertinggi, pengabdian kepada suatu kekuasaan-kekuasaan yang dipercayai sebagai
suatu yang menjadi asal mula, yang menambah dan melestarikan nilai-nilai ini,
dan sejumlah ungkapan yang sesuai tentang urusan serta pengabdian tersebut,
baik dengan jalan melakukan upacara-upacara yang simbolis maupun melalui
perbuatan-perbuatan yang lain yang bersifat perseorangan, serta yang bersifat
kemasyarakatan.
Albert Einsten (1879-1955) seorang ahli pikir bangsa
Yahudi berkewarganegaraan Amerika Serikat, teoritikus terbesar dalam bidang
ilmu alam, pemenang hadiah nobel tahun 1921 untuk sumbangan pada bidang fisika
teori, tentang agama dan ilmu beliau berkata : “Ilmu tanpa agama adalah buta,
sedangkan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”.
Pernyataan Einsten ini ada benarnya juga, betapa pemikiran
tradisional dari kelompok rohaniawan dan ulama’ ortodoks yang kaku, menjadikan
mereka tidak berkembang seperti orang lumpuh. Sedangkan sebaliknya kaum
intelektual sekuler yang sombong, menganggap agama hanya kendala karena hanya
merupakan sekedar pengaturan moral agar manusia senantiasa tertib, menjadikan
mereka sesat ibaratkan orang buta.Jadi agama itu mutlak wajib ada.[12]
Agama memang tidak mudah diberi definisi, karena agama mengambil
berbagai bentuk sesuai dengan pengalaman pribadi masing-masing. Meskipun tidak
terdapat definisi yang universal, namun dapat disimpulkan bahwa sepanjang
sejarah manusia telah menunjukkan rasa "suci", dan agama termasuk
dalam kategori "hal yang suci". Kemajuan spiritual manusia dapat
diukur dengan tingginya nilai yang tidak terbatas yang diberikan kepada obyek
yang disembah. Hubungan manusia dengan "yang suci" menimbulkan
kewajiban, baik untuk melaksanakan maupun meninggalkan sesuatu. Tidak
mudah bagi kita untuk menentukan pengertian agama, karena sikap terhadap agama
bersifat batiniah, subjektif, dan individualistis, walaupun nilai-nilai yang
dimiliki oleh agama bersifat universal. Kalau kita membicarakan agama, maka
kita akan dipengaruhi oleh pandangan agama yang kita anut sendiri.
Istilah agama memiliki pengertian yang sama dengan istilah religion
dalam bahasa Inggris. Bozman (Anshari, 1979) mengemukakan bahwa agama dalam
arti luas merupakan suatu penerimaan terhadap aturan-aturan dari suatu kekuatan
yang lebih tinggi, dengan jalan melakukan hubungan yang harmonis dengan
realitas yang lebih agung dari dirinya sendiri, yang memerintahkan untuk
mengadakan kebaktian, pengabdian, dan pelayanan yang setia.[13]
Religi berasal dari kata religie (bahasa Belanda) atau religion
(bahasa Inggris), masuk dalam perbendaharaan bahasa Indonesia dibawa oleh
orang-orang Barat yang menjajah bangsa Indonesia.
Religi mempunyai pengertian sebagai keyakinan akan adanya kekuatan
gaib yang suci, menentukan jalan hidup dan mempengaruhi kehidupan manusia yang
dihadapi secara hati-hati dan diikuti jalan dan aturan serta norma-normanya
dengan ketat agar tidak sampai menyimpang atau lepas dari kehendak jalan yang
telah ditetapkan oleh kekuatan gaib suci tersebut. Secara
terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama diartikan aturan atau
tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan tuhan dan sesamanya. Dalam
al-Qur’an agama sering disebut dengan istilah din. Istilah ini merupakan
istilah bawaan dari ajaran Islam sehingga mempunyai kandungan makna yang
bersifat umum dan universal. Artinya konsep yang ada pada istilah din
seharusnya mencakup makna-makna yang ada pada istilah agama dan religi.Konsep
din dalam Al-Qur’an di antaranya terdapat pada surat Al-Maidah ayat 3 yang
mengungkapkan konsep aturan, hukum atau perundang-undangan hidup yang harus
dilaksanakan oleh manusia. Islam sebagai agama namun tidak semua agama itu
Islam. Surat Al-Kafirun ayat 1-6 mengungkapkan tentang konsep ibadah manusia
dan kepada siapa ibadah itu diperuntukkan. Dalam surat As-Syura ayat 13
mengungkapkan din sebagai sesuatu yang disyariatkan oleh Allah. Dalam surat
As-Syura ayat 21 Din juga dikatakan sebagai sesuatu yang disyariatkan oleh yang
dianggap Tuhan atau yang dipertuhankan selain Allah. Karena din dalam ayat
tersebut adalah sesuatu yang disyariatkan, maka konsep din berkaitan dengan
konsep syariat. Konsep syariat pada dasarnya adalah “jalan” yaitu jalan hidup
manusia yang ditetapkan oleh Allah. Pengertian ini berkembang menjadi aturan
atau undang-undang yang mengatur jalan kehidupan sebagaimana ditetapkan oleh
Tuhan. Pada ayat lain, yakni di surat Ar-Rum ayat 30, konsep agama juga
berkaitan dengan konsep fitrah, yaitu konsep yang berhubungan dengan penciptaan
manusia.
Di dalam setiap agama, paling tidak ditemukan empat ciri khas.
Pertama, aspek kredial, yaitu ajaran tentang doktrin-doktrin ketuhanan yang
harus diyakini. Kedua, aspek ritual, yaitu ajaran tentang tata-cara berhubungan
dengan Tuhan, untuk meminta perlindungan dan pertolongan-Nya atau untuk
menunjukkan kesetiaan dan penghambaan. Ketiga, aspek moral, yaitu ajaran
tentang aturan berperilaku dan bertindak yang benar dan baik bagi inidividu
dalam kehidupan. Keempat, aspek sosial, yaitu ajaran tentang aturan hidup
bermasyarakat.
Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di muka bumi, sesuai dengan
asalnya, dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama, agama samawi (agama langit),
yaitu agama yang dibangun berdasarkan wahyu Allah. Kedua, agama ardli (agama
bumi), yaitu agama yang dibangun berdasarkan kreasi manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar