Banyak definisi yang bermunculan karana luasnya lingkungan
pembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil kalau banyak di antara para
filsafat memberikan definisinya secara berbeda-beda. Coba perhatikan
definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf Barat dan Timur di bawah ini:
1.
Socrates (469 – 399 SM). Socrates memahami filsafat sebagai suatu
peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap azas-azas dari
kehidupan yang adil dan bahagia.
2.
Plato (427 – 347 SM). Filsafat adalah pengetahuan tentang segala
yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
3.
Aristoteles (384 - 322 SM). Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmumetafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan
asas segala benda).
4.
Marcus Tullius Cicero (106 – 43 SM). Filsafat adalah pengetahuan
tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya. Dan menyebut
filsafat sebagai ibu dari semua pengetahuan .
5.
Al-Farabi (meninggal 950 M). Filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu
Sina, mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan
bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
6.
Immanuel Kant (1724 -1804). Yang sering disebut raksasa pikir
Barat, mengatakan filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang
mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:” apakah yang dapat kita ketahui?
(dijawab oleh metafisika)” apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh
etika)” sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)
7.
Poedjawijatno
Filsafat adalah ilmu (tentang segala sesuatu) yang menyelidiki keterangan atau sebab yang sedalam-dalamnya.
Filsafat adalah ilmu (tentang segala sesuatu) yang menyelidiki keterangan atau sebab yang sedalam-dalamnya.
8.
Sidi Gazalba
Filsafat
adalah sistem kebenaran tentang segaala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil
dari berfikir secara radikal, sitematis, dan universal.
9.
Lorens Bagus, mendefinisikan filsafat:
a.
Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik dan
lengkap tentang seluruh realitas.
b.
Upaya untuk melukiskan hakikat realitass dan dasar serta nyata.
c.
Upaya untuk menentukan batasan-batasan dan jangkauan pengetahuan:
sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.
d.
Penyelidikan kritis atas pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang
diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
e.
Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu manusia melihat
apa yang dikatakan dan mengatakan apa yangmanusia lihat.[3]
10.
Al-Kindi (800-870)
“kegiatan
manusia yang bertingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan
benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin begi manusia. Bagi
filsafat yangpaling mulia adalah filsafat pertama yaitu pengetahuan kebenaran
pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran”. [4]
11.
Ibnu Sina (980-1037)
“fisika
dan metafisika sebagai suatu badan ilmu tak terbagi. Fisika mengamat-amati yang
ada sejauh itu ada dan mengarah, mengetahui seluruh kenyataan sejauh dapat
dicaapai oleh manusia. Hal pertama yang dihadapi oleh seorang filusuf adalah
bahwa yang ada (berwujud) berbeda-beda. Terdapat ada yang hanya mungkin ada”.
12.
Ibnu Rusyd (1126-1198)
filsafat
itu hikmah yang merupakan pengetahuan otonom yang perlu ditimba oleh manusia
sebab ia dikaruniai oleh Allah dengan akal. Filsafat diwajibkan pula oleh
Al-Qur’an agar manusia dapat mengagumi karya tuhan dalam persada dunia.[5]
Dari serangkaian definisi diatas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa Filsafat adalah peroses berfikir secara
radikal, sistematik, dan universal terhadap segala yang ada dan yang mungkin
ada. Dengan kata lain, berfilsafat berarti berfikir secara radikal (mendasar,
mendalam, sampai keakar-akarnya), sistematik (teratur, runtut, logis, dan tidak
serampangan) untuk mencapai kebenaran universal (umum, terintegral, dan tidak
khusus serta tidak parsial).
Beberapa pengertian tentang filsafat
diatass dapat dipahami bahwa filsafat bertalian dengan kegiatan pemikiran atau
berfikir yang dilakukan manusia. Sasaran pemikiran diarahkan pada segala sesuatu
yang ada secara keseluruhan. Dengan ciri yang menyeluruh dari pandangan
filsafat inilah, filsafat berusaha mengatassi spesialisasi setiaap ilmu.[6]
Dapat juga disimpulkan
bahwa:
1.
Filsafat adalah
‘ilmu istimewa’ yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab
oleh ilmu pengetahuan biasa kerana masalah-masalah tersebut di luar jangkauan
ilmu pengetahuan biasa.
2.
Filsafat adalah
hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami atau mendalami
secara radikal dan integral serta sistematis hakikat sarwa yang ada, yaitu: ”
hakikat Tuhan, ” hakikat alam semesta, dan ” hakikat manusia, serta sikap
manusia sebagai konsekuensi dari paham tersebut.[7]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar