Idealism
Idealisme adalah tradisi pemikiran filsafat yang berpandangan bahwa
doktrin tentang realitas eksternal tidak dapat dipahami secara terpisah
dari kesadaran manusia. Dengan kata lain kategori dan gagasan eksis di
dalam ruang kesadaran manusia terlebih dahulu sebelum adanya
pengalaman-pengalaman inderawi. Pandangan Plato bahwa semua konsep eksis
terpisah dari entitas materinya dapat dikatakan sebagai sumber dari
pandangan idealism radikal. Karya dan pandangan Plato memberikan garis
demarkasi yang jelas antara pikiran-pikiran idealis dengan pandangan
materialis. Aritoteles menjadi orang yang memberikan tantangan pemikiran
bagi gagasan-gagasan idealis Plato. Aristoteles mendasarkan pemikiran
filsafatnya berdasarkan materi dan fisik.
Salah satu sumbangan dari tradisi filsafat idealisme adalah pengaruh
idealism platonic dalam agama kristen. Dalam Perjanjian Baru terdapat
gagasan yang diagungkan, yakni “Permulaan adalah kata-kata” (Ibid,
2002). Pada gilirannya, dalam sejarah, pemikiran Kristen turut
memberikan andil dalam membentuk tradisi idealis terutama
gagasan-gagasan dari Sain Augustine dengan pengembangan konsep penyucian
jiwa. Selain Kristen, pemikiran yang turut memberikan saham bagi
tradisi idealis adalah mistisisme Yahudi, mistisisme Kristen dan
pengembangan pemikiran matematika oleh bangsa-bangsa Arab.
Gerakan-gerakan pemikiran inilah yang kemudian membentuk dialektika
modern antara idealisme dan materialism sejak era renaisans.
Sumbangan idealism terhadap ilmu pengetahuan modern sangatlah jelas.
Ilmu pengetahuan modern diniscayakan oleh kohesi antara bukti-bukti
empiris dan formasi teori. Kaum materialis mendasarkan pemikirannya pada
bukti-bukti empiris sedangkan kaum idealis pada formasi teori. Sebagai
sebuah tradisi filosofi, idealisme tak bisa dipisahkan dengan gerakan
Pencerahan dan filsafat Pasca Pencerahan Jerman. Salah satu tokoh
pemikir idealis yang tersohor adalah Immanuel Kant. Melalui bukunya
“Critique of pure reason” yang diterbitakan tahun 1781, Kant menentang
pendapat tradisi tokoh empiris seperti David Hume dan lain-lainnya. Kant
mengatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman dunia memerlukan kategori
dan pandangan yang berada dalam ruang kesadaran manusia (ibid, 2002).
Gagasan Kant yang terkenal adalah ‘idealisme transedental’. Dalam konsep
ini Kant berargumen bahwa ide-ide rasional dibentuk tidak saja oleh
‘phenomenal’ tapi juga ‘noumenal’, yakni kesadaran transedental yang
berada pada pikiran manusia (ibid, 2002). Generasi idealis berikutnya
dipelopori oleh, Georg Hegel. Hegel mengenalkan gagasan pendekatan
dialektis yang tidak memihak baik gagasan ‘kesadaran mental’ Kant maupun
‘bukti-bukti material’ dari kaum empiris. Pikiran-pikiran Hegel inilah
yang kemudian melahirkan konsep ‘spirit’-sebuah konsep yang integral
dengan kelahiran tradisi ‘idealisme absolut’ (ibid, 2002).
Dengan demikian, pemikiran filsafat idealisme dibangun terutama oleh
gagasan-gagasan Hegel dan Kant. Namun demikian, bangunan filsafat
politik modern yang berpaham bahwa manusia dapat mengatur dunia melalui
ilmu pengetahuan telah membuktikan vitalitas aliran idealisme Kantian.
Tokoh-tokoh yang meletakkan batu pertama bagi fondasi filsafat politik
modern antara lain John Rawls yang menulis tentang teori keadilan dan
Habermas (1987) yang membuahkan karya ‘Communication action’. Melalui
karya ini Habermas menjadi tokoh idealis yang mengoreksi idealisme
konvensional. Bagi kaum idealis konvensional, kenyataan sejarah
merupakan determinisme sejarah yang statis dan tidak dapat ditolak.
Namun bagi Habermas, kenyataan sejarah adalah hasil dari dialektika dan
komunikasi antar manusia. Dengan kata lain, Habermas memposisikan
manusia menjadi subyek aktif dalam praktek-praktek politik dan dalam
membangun institusi-institusi sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar