Pragmatisme
Pragmatisme adalah mashab pemikiran filsafat ilmu yang dipelopori
oleh C.S Peirce, William James, John Dewey, George Herbert Mead, F.C.S
Schiller dan Richard Rorty. Tradisi pragmatism muncul atas reaksi
terhadap tradisi idealis yang dominan yang menganggap kebenaran sebagai
entitas yang abstrak, sistematis dan refleksi dari realitas. Pragmatisme
berargumentasi bahwa filsafat ilmu haruslah meninggalkan ilmu
pengetahuan transendental dan menggantinya dengan aktifitas manusia
sebagai sumber pengetahuan. Bagi para penganut mashab pragmatisme, ilmu
pengetahuan dan kebenaran adalah sebuah perjalanan dan bukan merupakan
tujuan.
Pada awalnya pragmatisme dengan tokoh-tokohnya mengambil jalan
berpikir yang berbeda antara satu dengan lainnya. Peirce (dalam Calhoun,
2002), misalnya, lebih tertarik dalam meletakkan praktek dalam bentuk
klarifikasi gagasan-gagasan. Peirce adalah tokoh yang menggagas konsep
bahasa sebagai media dalam relasi instrumental antara manusia dengan
benda. Gagasan ini kemudian disebut sebagai semiotik. James, tokoh yang
mempopulerkan pragmatism, lebih tertarik dalam menghubungkan antara
konsepsi kebenaran dengan area pengalaman manusia yang lain seperti;
kepercayaan dan nilai-nilai kemasyarakatan. Tokoh selanjutnya, Dewey,
menjadikan pragmatisme sebagai basis dari praktek-praktek berpikir
secara kritis. Pendekatan Dewey (1916) yang pragmatis dalam pendidikan,
misalnya, menitikberatkan pada penguasaan proses berpikir kritis
daripada metode hafalan materi pelajaran.
Sumbangan dari pragmatisme yang lain adalah dalam praktek demokrasi.
Dalam area ini pragmatisme memfokuskan pada kekuatan individu untuk
meraih solusi kreatif terhadap masalah yang dihadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar