Minggu, 18 Desember 2016

Ciri-ciri dosen yang baik dan bermutu

1.Gaya Mengajar Yang Merangsang Belajar

  • Menyajikan kuliah dengan cara yang menarik dan melibatkan mahasiswa.
  • Menggunakan humor untuk membantu mempertahankan perhatian mahasiswa
  • Memperkuat setiap poin utama dengan memberikan rujukan, contoh, dan ilustrasi yang bermakna
  • Mengaitkan materi kuliah dengan dunia mahasiswa
  • Mengaitkan materi kuliah pada pengalaman sebenarnya dalam dunia nyata
  • Memusatkan perhatian pada pelajaran yang akan menjadi bagian permanen dari kehidupan seseorang dan akan digunakan berulang kali di luar kampus
  • Mengembangkan rasa ingin tahu
  • Menyediakan waktu untuk membuat mahasiswa secara psikologis siap untuk belajar
2. Kemampuan Untuk Berkomunikasi Secara Jelas
  • Menyampaikan informasi dengan cara yang jelas dan dapat difahami
  • Mampu mereduksi pengetahuan sampai pada komponen-komponennya yang paling sederhana
  • Mengaitkan satu sama lain informasi yang diberikan
  • Mengaitkan teori, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep pada penerapan praktis
  • Merumuskan tujuan belajar dengan jelas dan memberitahukannya keapda mahasiswa
  • Menjawab pertanyaan secara tuntas dan bebas
  • Memberikan umpan balik secara teratur dengan cara yang mendorong mahasiswa belajar
  • Menjelaskan kritik yang diberikan kepada mahasiswa
3. Menguasai Materi Kuliah Yang Dipegangnya  
  • Memiliki pengetahuan yang cukup luas dan mendalam di bidang ilmu yang dikuliahkan
  • Memiliki pengetahuan yang mutakhir di bidang ilmu yang dikuliahkan
  • Memiliki komitmen terhadap bidang yang menjadi spesialisasinya (selalu membaca literatur, menghadiri pertemuan profesional, dsb.)
  • Memelihara kontak dengan teman-teman sejawat di bidangnya (di dalam dan di luar kampus)
  • Dapat mendemonstrasikan dan menggambarkan aspek-aspek yang penting, serta menjelaskannya
  • Mengetahui materi kuliahnya dengan cukup baik sehingga dapat menekankan aspek-aspeknya yang paling penting
  • Menunjukkan dan perbedaan dan implikasi berbagai teori dan prinsip di bidang ilmu itu
  • Menghubungkan fakta-fakta dan konsep-konep yang lebih penting kepada bidang studi yang berkaitan
4. Siap dan Terorganisir
  • Merencanakan dengan baik kegiatan kuliah untuk satu semester, unit, minggu, sehari
  • Memberikan silbaus yang berisi tujuan mata kuliah, bibliografi, tugas, laporan laboratorium, pekerjaan rumah, jadwal tes, tugas khusus, penilaian, dan pedoam
  • Datang ke ruang kuliah siap untuk mengajarkan topik tersebut
  • Menggunakan waktu kuliah secara efektif dan efisien
  • Menyajikan kuliah sedemikian rupa sehingga mahasiswa dapat melihat hubungan-hubungan yang ada di dalam materi kuliah itu
  • Menggaris bawahi ide-ide yang utama
  • Menggunakan alat bantu belajar secara efektif
  • Memubat rangkuman untuk membantu mahasiswa mempelajari dan mengingat materi kuliah
5. Memiliki Antusiasme Yang Dinamis
  • Merasa tertarik dan senang mengajar, dan menunjukkan hal itu
  • Secara tulus tertarik pada mata kuliah itu
  • Membuat belajar itu menjadi suatu pengalaman yang menyenangkan
  • Memancarkan sikap yang positif ke arah kehidupan secara umum
  • Mengembangkan gaya kemanusiaannya sendiri yang unik
  • Mau berusaha lebih keras untuk membuat mahasiswa melakukan apapun yang diperulukan untuk belajar
6. Memiliki Kepedulian Pribadi Terhadap Mahasiswa
  • Secara tulus menghormati mahasiswa dan menunjukkan sikap peduli dan siap membantu ini
  • Menunjukkan dengan jelas bahwa ia ingin membantu mahasiswa belajar
  • Menyediakan waktu dan berusaha untuk mengenal mahasiswa dan kebutuhan mereka
  • Bekerja dengan setiap mahasiswa sebagai pribadi
  • Berbicara dengan mahasiswa, baik di dalam maupun di luar kelas
  • Membantu mahasiswa menemukan jawaban atas pertanyaan mereka sendiri
  • Dihargai karena nasihat-nasihatnya pada hal-hal selain masalah kuliah, serta dalam kegiatan di dalam kelas
7. Ketrampilan Berinteraksi
  • Melihat kebutuhan mahasiswa dan selalu mengikuti perkembangan kemajuan setiap mahasiswa
  • Menggunakan reaksi dan umpan balik dari mahasiswa untuk meningkatkan danmemandu tindakannya
  • Secara akurat membaca dan mengomunikasikan sinyal-sinyal non-verbal
  • Mengetahui ketika para mahasiswa tidak mengerti
  • Memandang mahasiswa ketika berbicara kepada mereka, di dalam atau di luar ruang kuliah-kontak mata menunjukkan adanya kesadaran sebenarnya
  • Berusaha agar mahasiswa saling mengenal
  • Memuji prestasi mahasiswa yang berhasil untuk memotivasi belajar mereka di masa mendatang
8. Fleksibilitas, Kreativitas, Keterbukaan
  • Menggunakan berbagai ragam gaya dan metode penyajian kuliah
  • Membagi setiap jam kuliah menjadi setidaknya tiga kegiatan yang terpisah
  • Bekerja dengan berbagai mahasiswa secara bebeda
  • Mengubah pendekatan mengajar untuk menyesuaikan dengan situasi baru
  • Secara berkala, mencoba ide-ide baru dan berbeda
  • Terus meneus mencari ide-ide, pendekatan dan metode mengajar yang baru
  • Terbuka terhadap saran mahasiswa mengenai isi, metode perkuliahan, dan tugas-tugas yang diberikan kepada mahasiswa
  • Menggunakan individualitas dan originalitas dalam mengatur kegiatan belajar mengajar
9. Memiliki Kepribadian Yang Kuat
  • Memiliki integritas dan krjujuran dalam semua hubungannya dengan mahasiswa
  • Mengemukakan di depan semua peraturan dan persyaratan khusus tanpa ada harapan yang disembunyikan
  • Tidak mengubah peraturan tanpa persetujuan mahasiswa
  • Sangat berhati-hati dan bertindak adil dalam memberikan nilai dan ujian
  • Menjaga kerahasiaan mahasiswa
  • Bersedia mengambil resiko untuk berbuat salah dan kemudian memperbaiki kesalahan yang telah dibuatnya
  • Memiliki kesabaran dan pengertian bagi mahasiswa baru
10. Komitmen
  • Menunjukkan keingingan tulus untuk mengajar
  • Menjadikan mengajar sebagai poritas nomor satu
  • Menerima pembatasan dan kerja yang diperlukan menjalankan tugas secara benar
  • Melakukan segala apa yang diperlukan untuk selalu memberi tahu mahasiswa tentang kemajuan, keberhasilan, dan kebutuhannya
  • Meminta masukan dari mahasiswa, teman sejawat, dan pegawai administrasi untuk tujuan perbaikan
  • Menerima kritik dan saran sebagai tanda perubahan yang positif
  • Selalu mencari cara-cara mengajar yang baru dan lebih baik
  • Berbagi ide-ide terbaik dengan teman sejawat demi peningkatan profesional mereka

Filsafat di Zaman Patristik

Filsafat di Zaman Patristik
Filsafat di zaman Patristik menimbulkan dua pandangan yang berbeda yaitu pandangan yang beranggapan bahwa agama Kristen sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan dan pandangan yang beranggapan bahwa agama Kristen berdasarkan filsafat Yunani. Keduanya saling menuduh dan memfitnah sehingga muncul upaya untuk membela agama Kristen, yaitu para apologis (pembela agama Kristen) dengan kesadarannya membela iman kristen dari serangan filsafat Yunani. Para pembela iman Kristen tersebut antara lain sebagai berikut.[4]
(1)               Justinus Martir
Nama aslinya Justinus, kemudian nama Martir diambil dari istilah “orang-orang yang rela mati hanya untuk kepercayaannyaa”. Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen.
(2)               Klemens (150-215 M)
Ia juga termasuk pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani. Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut.
a)      Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk mempertahankan diri dari otoritas filsafat Yunani.
b)      Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani.
c)      Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen dan memikirkan secara mendalam.
(3)               Tertullianus (160-222 M)
Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melakukan pertobatan ia menjadi gigih membela Kristen secara fanatik. Ia menolak kehadiran filsafat Yunani karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada hubungan gereja dengan akademi, tidak ada hubungan antara Kristen dengan penemuan baru.
(4)               Augustinus (354-430 M)
Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain Platonisme dan Skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.
Di sisi lain filsafat di zaman Patristik juga mengalami masa keemasan. Zaman keemasan Patristik, meliputi Yunani maupun Latin yang muncul pada masa yang kurang lebih sama. Di Yunani, zaman keemasan terbangun setelah Kaisar Constantinus Agung mengeluarkan “Edik Milano” yang melindungi warganya dalam dan untuk menganut agama Kristen. Sebelumnya, gereja Kristen mengalami penindasan di bawah penguasa Romawi yang menjajahnya. Tiga bapak gereja yang penting untuk dikenal mewakili kehidupan pemikiran masa ini, adalah Gregorius dari Nazianza (330-390), Basilius (330-379), dan adiknya Gregorius dari Nyssa (335-394). Mereka membangun sintesis dari agama Kristen dan kebudayaan helenitas. Di antara ketiga orang tersebut, yang paling pandai adalah Gregorius dari Nyssa. Pada dasarnya, mereka menggunakan neoplatonisme, namun mereka menolak disebut neoplatonisme yang merendahkan materi. Pada abad ke-8, zaman keemasan Patristik Yunani berakhir dengan Johannes Damascenus sebagai raja menulis suatu karya berjudul “Sumber Pengetahuan” yang secara sistematis menggambarkan seluruh sejarah filsafat pada zaman Patristik Yunani, sebanyak tiga jilid. (Sutardjo A. Wiramihardja, 2006 : 52)[5]
Pada abad ke 4, terjadi zaman keemasan Patristik Latin. Nama besar jajaran bapak gereja Barat adalah Augustinus (354-430) yang dinilai menjadi pemikir terbesar untuk seluruh zaman Patristik. Adapun kekuatan dan kelemahan dari pemikiran Augustinus adalah bahwa pemikiran merupakan integrasi dari Teologi Kristen dan pemikiran filsafatinya. Tulisannya adalah penghayatan rohani pribadinya. Ia sendiri tidak sepaham dengan pendapat yang mengatakan bahwa filsafat itu otonom atau lepas dari iman Kristiani. Menurutnya filsafat dapat dipahami sebagai “ Filsafat Kristiani” atau “Kebijaksanaan Kristiani” saja. Dalam filsafat, ia tergolong pengikut neoplatonisme, bahkan platonisme. Pemikiran lain yang memengaruhi Augustinus adalah stoisisme.
Pada pemikiran Augustinus, ada beberapa hal penting yang dapat dipahami, yaitu sebagai berikut.
(1)          Iluminasi atau penerangan. Rasio insani hanya dapat abadi jika mendapat penerangan dari rasio Ilahi. Allah adalah guru yang tinggi dalam batin kita dan menerangi roh manusia.
(2)          Dunia jasmani yang terus-menerus berkembang bergantung kepada Allah.
(3)          Manusia yang dipengaruhi platonisme, tetapi tidak mengakui dualisme ekstrem Plato, jiwanya senantiasa kurung tubuh. Tubuh bukan merupakan sumber kejahatan. Sumber kejahatan adalah dosa yang berasal dari kehendak bebas. (Wiramihardja, 2006 : 54)[6]

Pengertian dan Sejarah Patristik

Pengertian dan Sejarah Patristik
Istilah patristik berasal dari kata latin “patres” yang berarti bapak dalam lingkungan gereja. Bapak yang mengacu pada pujangga Kristen, mencari jalan menuju teologi Kristiani, melalui pelekatan dasar intelektual untuk agama Kristen. Dalam masyarakat luas, terdapat pemikiran filososof yang disebut sebagai kebudayaan kafir. Jadi, ada dua pengertian yang berlainan yaitu yang berdasarkan agama Kristen dan berdasarkan filsafat Yunani. Pandangan pemikir agama pun terbagi tiga dalam menanggapi filsafat ini. Pandangan pertama berpendapat bahwa setelah ada wahyu Ilahi yang terwujud dalam Yesus Kristus, seharusnya pemikiran filosofis lainnya berhenti atau tidak ada sama sekali. Pandangan kedua, berusaha untuk menengahinya dengan menyintesiskan kedua pemikiran tersebut. Pandangan ketiga bahkan menyatakan bahwa filsafat Yunani merupakan langkah awal menuju agama (praeparatio evangelica) yang harus diterima dan dikembangkan. (Sutardjo A. Wiramihardja, 2006 : 52)[3]
Para filosof zaman ini di antaranya Yustinus Martyr, Clemens (150-215 M), dan Origenes (185-254 M). Martyr adalah pemikir yang sejak semula telah mempelajari berbagai sistem filsafat. Ia menulis dua buku tentang membela hak agama Kristen. Clemens dan Origenes berasal dari Alexandria, kota yang merupakan pusat intelektual pada akhir zaman kuno yang merancang suatu teologi yang tersusun secara ilmiah berdasarkan filsafat Yunani, khususnya Platoisme dan Stoisisme.

Masa Skolastik Keemasan

Masa Skolastik Keemasan
Pada masa skolastik awal, filsafat bertumpu pada alam pikiran dan karya-karya Kristiani. Akan tetapi sejak pertengahan 12 karya-karya non-Kristiani mulai muncul dan filsuf Islam mulai berpengaruh. Masa ini merupakan masa kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200-1300 M. Masa ini juga disebut masa berbunga disebabkan bersamaan dengan munculnya beberapa universitas dan ordo-ordo yang menyelenggarakan pendidikan ilmu pengetahuan.
Secara umum ada beberapa faktor yang menjadikan masa skolastik mencapai masa keemasan, yaitu:
a.       Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad 12-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
b.      Tahun 1200 M didirikan Universitas Almamater di Prancis.  Universitas ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah juga sebagai embrio berdirinya universitas di Paris, Oxford, Montpellier, Cambridge, dll.
c.       Berdirinya ordo-ordo karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan keruhanian saat kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peranan di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.
Pada mulanya hanya filsuf yang membawa dan meneruskan ajaran Aristoteles. Namun, upaya ini kemudian mendapat perlawanan dari Augustinus disebabkan adanya anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang mulai dikenal pada abad ke-12 telah diolah dan tercemar filsuf Arab (Islam) yang membahayakan ajaran Kristen.
Untuk menghindari pencemaran tersebut, Albertus Magnus dan Thomas Aquinas sengaja menghilangkan unsur-unsur dari Ibnu Rusyd dengan menerjemahkan langsung dari bahasa Latinnya. Bagian ajaran Aristoteles yang bertentangan dengan ajaran Kristen juga diganti dengan teori-teori baru yang bersumber pada ajaran Aristoteles dan diselaraskan dengan ajaran ilmiah. Upaya ini sangat berhasil ditandai dengan terbitnya buku Summa Theologiae sekaligus membuktikan bahwa ajaran Aristoteles telah mendapatkan kemenangan dan sangat berpengaruh terhadap perkembangan skolastik. Tokoh yang paling terkenal pada masa ini adalah Albertus Magnus dan Thomas Aquinas.

Periode skolastik Islam dapat dibagi dalam empat masa

Periode skolastik Islam dapat dibagi dalam empat masa, yaitu :
A.      Periode Kalam Pertama
Periode ini ditandai dengan munculnya kelompok-kelompok mutakallimin/aliran-aliran dalam ilmu kalam, diantaranya :
a.    Khawarij
b.    Murjiah
c.    Qadariyah
d.   Jabariyah
e.    Mu’tazilah
f.     Ahli Sunah
Dalam kaitanya dengan filsafat, aliran yang paling menonjol adalah Mu’tazilah yang dimotori oleh Wasil bin Atha dan dianggap sebagai rasionalisme Islam. Timbulnya aliran ini antara lain sebagai jawaban atas tantangan-tantangan yang timbul berupa paham-paham mengenai masalah Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan, yaitu paham tasybih (anthropomorphisme), jabariyah (determinisme), dan khawarij (paham teokratik). Mu’tazilah memberi jawaban dengan konsep-konsep sebagai berikut :
a.    Keesaan Tuhan (al-tauhid)
b.    Kebebasan Kehendak (al-iradah)
c.    Keadilan Tuhan (al-‘adalah)
d.   Posisi Tengan (al-manzilah bain al-manzilatain)
e.    Amar Ma’ruf Nahi Munkar (al-amr bi al-ma’ruf wa al nahy’an al-munkar)
B.       Periode Filsafat Pertama
Periode ini ditandai dengan munculnya ilmuwan dan ahli-ahli dalam berbagai bidang yang menaruh perhatian terhadap filsafat Yunani, terutama filsafat Aristoteles.
Periode filsafat Islam pertama adalah periode munculnya filsuf-filsuf Muslim di wilayah Timur, masing-masing adalah :
a.    Al-Kindi (806-873 M)
b.    Al-Razi (865-925 M)
c.    Al-Farabi (870-950 M)
d.   Ibnu Sina (980-1037 M)
C.       Periode Kalam Kedua
Periode ini ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh kalam penting dan besar  pengaruhnya terhadap perkembangan ilmu kalam berikutnya, mereka antara lain :
a.         Al-Asy’ari (873-957 M)
Semula ia adalah penganut Mu’tazilah, tetapi karena tidak puas dengan keterangan-keterangan gurunya, Al-Juba’i akhirnya ia keluar dari Mu’tazilah. Aliran dan pahamnya kemudian disebut Asy’ariyah. Disamping Asy’ariyah juga Al-Matudiri.
b.         Al-Ghazali (1065-1111 M)
Ia adalah sosok muslim yang berpengaruh besar terhadap dunia Islam. Ia bergelar “Hujjatul Islam” (benteng Islam). Semula ia adalah seorang mutakallimin, namun karena kemudian ia tidak menemukan kepuasan dengan metode-metode pemikiran kalam, ia beralih ke lapangan filsafat. Namun di filsafat ia juga tidak menemukan kepuasan dan akhirnya beralih ke lapangan tasawuf. Di bidang terakhir inilah ia menemukan sesuatu yag dicarinya. Sikapnya terhadap filsafat dan filsuf tercermin dalam bukunya Tahafut al-Falasifah (Kerancuan para Filsuf).
D.      Periode Filsafat Kedua
Periode ini ditandai dengan tampilnya sarjana-sarjana dan ahli-ahli dalam berbagai bidang yang juga meminati filsafat. Mereka hidup dalam masa Daulah Amawiyah di Spanyol (Eropa) pada saat Eropa sedang dalam masa kegelapan. Dengan tampilnya para filsuf muslim di Eropa ini, ilmu dan peradaban tumbuh berkembang dan terus meningkat. Mereka adalah :
a.    Ibnu Bajjah (1100-1138 M), di Barat dikenal dengan sebutan Avempace.
b.    Ibnu Thufail (m. 1185 M), di Barat dikenal dengan sebutan Abubacer.
c.    Ibnu Rusyd (1126-1198 M), di Barat dikenal dengan sebutan Averrose.
Perlu dicatat disini bahwa pada masa Ibnu Rusyd menunjukkan sikap pembelaannya terhadap filsafat dan para filsuf atas serangan-serangan Al-Ghazali. Ia berusaha meng-counter pendapat Al-Ghazali dalam buku Tahafut al-Falasifah dengan bukunya yang berjudul Tahafut al-Tahafut (Kerancuan kitab Tahafut).
Sampai pertengahan abad XII orang-orang Barat belum mengenal filsafat Aristoteles secara keseluruhan. Skolastik Islamlah yang membawakan perkembangan filsafat di Barat. Berkat tulisan para ahli fikir Islam, terutama Ibnu Rusyd, orang-orang Barat itu mengenal Aristoteles. Para ahli fikir Islam (periode skolastik Islam) ini adalah Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Rusyd dan lainnya. Peran mereka sangat besar, tidak dalam pemikiran filsafat saja tetapi juga memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa dalam bidang ilmu pengetahuan. Para ahli fikir Islam sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles adalah benar, Plato dan Al-Qur’an adalah benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat. Banyak buku filsafat dan sejenisnya mengenai peranan para ahli fikir Islam atas kemajuan dan peradaban Barat yang sengaja disembunyikan disebabkan mereka (Barat) tidak mengakui secara terus terang jasa para ahli fikir Islam dalam mengantarkan kemodernan Barat.

Pelopor aliran pemikiran

Pelopor aliran pemikiran:
a)    Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596 – 1650) yang desebut sebagai bapak filsafat modern.
b)   Sebagai tokoh empirisme adalah Thomas Hobbes, dan John Locke.
c)    Isaac Newton (1642 – 1727) dan Immanuel Kant (1724 – 1804) adalah tokoh dari Kristinisme.
d)   Pelopor Idealisme: I.G Fichte (1762 – 1814), F.W.J. Scheling ( 1775-1854), G.W.T. Hengel (1770-1831), Schopenhauer (1788 – 1860).
e)    Beberapa  tokoh positivisme: August Comte (1798 – 1857), John S. Mill (1806 – 1873), Herbert Spencer (1820 – 1903)
f)    Aliran evolusionisme dipelopori oleh seorang Zoologi yang mempunyai pengaruh sampai saat ini yaitu, Charles Robert Darwin (1809 – 1882). Ia mendominasi pemikiran filsafat abad ke-19.
g)   Tokoh dari materialisme adalah Julien de Lamettrie (1709 – 1751), Ludwig Feueurbach (1804 – 1872), dan Karl Marx (1818 – 1883).
h)   Wilhelm Windlband (1848 – 1915), Herman Cohen (1842 – 1918), Paul Natrop (1854 – 1924), Heinrich Reickhart (1863 – 1939) adalah tokoh dari Neo-Kantianisme.
i)     Tokohnya pragmatisme adalah William James (1842 – 1910).
j)     Tokoh dari filsafat hidup adalah Henry Bergson (1859 – 1941), dan John Dewey (1859 – 1952).
k)   Tokoh dari fenomenologi adalah Edmund Husserl (1839 – 1939), dan pengikutnya Max Scheler (1874 – 1928).
l)     Pelopor dari eksistensialisme adalah Soren Kierkegaard (1813 – 1855), Martin Heidegger, J.P.Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel.
m)  Aliran yang mengikuti neo-thomisme adalah paham Thomas Aquinas.

TOKOH YANG HIDUP MASA ABAD PERTENGAHAN

TOKOH YANG HIDUP MASA ABAD PERTENGAHAN
Dari definisi yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa tokoh/filosof yang berbendapat antara lain:
  • Ø Pada Masa Patristik
–       Justinus Martin
Nama aslinya Justinus, kemudiam nama Marin diambil dari istilah “orang-orang yang rela mati hanya untuk kepercayaan”. Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelu Socrates dan Plato. Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dngan mmakai hikmah Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani ini mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini orang-oran Yahudi (Socrates, Plato dan Lin-lain) kurang memahami apa yang terkandung dan memacar dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga orang-orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Mengapa mereka menyimpang? Karena orang-orang Yahudi terpengaruh leh demon atau setan. Demon atau setan tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama Kristen lebih bermutu dibanding dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan Justinus Martir.
–       Klemens ( 150 – 215 )
Ia juga termaksud pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani. Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut:
  • Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk memprtahankan diri dari otoriter filsafat Yunani;
  • Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani;
  • Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan pemikiran secara mendalam;
–       Tertullianus (160-222)
Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melaksanakan pertobatan ia menjadi gigih membela Kristen secara fanatik. Ia menolak khadiran filsafat Yunani karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubugan antara teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada hubungan antara gereja akademi, tidak ada hubungan antara Kristen dengan penemuan baru.
Selanjutnya ia megatakan bahwa dibanding dengan cahaya Ktisten, segala yang dikatakan oleh para filosof Yunani dianggap tidak penting. Apa yang dikatakan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab Suci. Akan tetapi karena kebodohan para filosof, kebenaran kitab suci tersebut dihapuskan. Akan tetapi lama-kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat Yunani sebagai cara berfikir yang rasional. Alasanya bagaimanapun juga berfikir yang rasional diperlukan sekali. Pada saat itu, karena pemikiran filsafat yang diharapkan tidak dibakukan,, saat itu filsafat hanya mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani saja, sehingga, akhirnya Tertullianus melihat filsafat hanya demensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat sebagai cara atau metode berfikir untuk memikirkan kebenaran-kebenaran Tuhan beserta sifat-sifatnya.
–       Augustinus (354 – 430)
Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain Plantoniasme dan Skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolistik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.
Setelah mempelajari aliran Skeptisisme, ia kemudia tidak menyetujui atau menyukainya, karena di dalamnya terdapat pertentangan batiniah. Orang dapat meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseoran yang ragu-ragu sebenarnya ia berfikir dan seseorang yang berfikir sesungguhnya ia berada (eksis). Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia dan batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikiran manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kekayaan yang lebih tinggi.
Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad dan mempengaruhi pemikiran Eropa. Perlu diperhatikan bahwa para pemikir Patristik itu sebagai pelopor pemikiran skolastik. Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari skolastik dapat mendominan hampir sepuluh abad? Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada suatu sistem sehingga ajarannya mampu meresap sampai masa skolistik.
  • Ø Pada masa Skolistik
v Skolastik Awal
–       Peter Abaelardus (1079 – 1180)
Ia dilahirkan di Le Pallet, Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar engan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termaksud orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artiya peranan akal dapat menundukkan kekuatan iamn. Iman harus mau didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal. Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berfikir harus sejalan sengan man. Aberlardus memberikan alasan bahwa berfikir itu berada di luar iman (di lur kepercayaan). Karena itu berfikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika  yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bhwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukt. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampr kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termaksud bukti dalam wahyu Tuhan.
–       Johanes Scotus Eriugena (815 – 870)
Ia adalah seorang yang sangat ajaib sekali. Ia menguasai bahasa Yunani dengan amat baik pada suatu zaman orang banyak hampir tidak mengenal bahasa itu. Juga ia berhasil menyusun suatu sistem filsafat yang teratur serta mendalam pada suatu zaman ketika orang masih berfikir hanya dengan mengumpulkan pendapat-pendapat orang lain saja. Sekalipun demikian ia masih juga dipengaruhi tokoh-tokoh lain, yaitu Augustinus dan Dionisios dari Aeropagos.
Pemikiran filsafatinya berdasarkan keyakinan Kristiani. Oleh karena itu segala penelitian dimulai dari iman, sedang wahyu ilahi dipandang sebagai sumber bahan-bahan filsafatnya. Menurut dia, akal bertugas mengungkapkan arti yang sebenarnya dari bahan-bahan filsafatnya yang digalinya dari wahyu ilahi itu. Hal ini disebabkan karena, menurut dia, wahyu ilahi, karena kelemahan kita, dituangkan dalam bentuk simbul-simbul. Sekalipun simbul-simbul itu telah disesuikan dengan akal kita, namun realitas atau isi simbul-simbul itu diungkapkan secara kurang sempurna. Umpamanya: di dalam Kitab Suci terdapat arti yang bermacam – macam dari suatu simbul. Hal ini bermaksud supaya akal didorong mencari arti yang benar. Akibatnya pandangan ini ialah, bahwa arti yang benar itu ditemukan oleh Johanes dengan jalan penafsiran allegoris atau kiasan. Pangkal pemikiran metafisis Johanes adalah demikian: Makin umum sifat sesuatu, makin nyatalah sesuatu itu. Yang paling bersifat umum itulah yang paling nyata. Oleh karena itu zat yang sifatnya paling umum tentu memiliki realitas yang paling tinggi. Zat yang demikian itu adalah alam semesta. Alam adalah keseluruhan realitas. Oleh karena itu hakekat alam adalah satu, esa.
–       Anselmus dari canterbury (1033 – 1109)
Dilahirkan di Aosta, Piemont, yang kemudian menjadi uskup di Canterbury. Sekalipun sebagian karyanya di tulis pada abad ke-11, akan tetapi karena karya – karyanya itu besar sekali pengaruhnya atas pemikiran Skolastik, maka tiada keberatan untuk untuk membicarakan tokoh ini sebagai termaksud tokoh abad ke-12. Dapat katakan bahwa ia adalah Skolastikus pertama dalam arti yang sebenarnya. Di antara karya – karyanya yang penting adalah “Cur deus homo” (Mengapa Allah menjadi manusia), Monologion, Proslogion, dll. Pemilam artkiran dialektika, atau pemikiran dengan akal, diterima sepenuhnya bagi pemikiran teologia. Akan tetapi bukan dalam arti bahwa hanya akallah yang dapat memimpin orang kepada kepercayaan, melainkan bahwa orang harus percaya dahulu supaya dapat mendapatkan penegrtian yang benar akan kebenaran. Pandangan yang demikian ini ternyata menguasai panangan orang pada abad-abad berikutnya, terlebih-lebih para pemikir yang bergerak ke jurusan pemikiran Neoplatonisme dan mistik.
–       Petrus Abaelardus (1079 – 1142)
Dilahirkan di Le Pallet (dekat Nantes), di Perancis. Pandangan tajam sekali, akan tetapi karena kekerasan wataknya sering ia bentrokan dengan para ahli pikir lainnya dan dengan para pejabat gerejani. Jasa-jasanya terletakdalam pembaharuan metode peikiran dan dalam memikirkan lebih lanjut persoalan-persoalan dialektis yang aktual. Metode yang dipakai adlah rasionalistis, yang menundukkan iman kepada akal. Iman harus mau diawali akal. Ang wajib dipercaya ialah apa yan telah disetujui akal dan telah diterima olehnya. Pandangan ini berbeda sekali dengan pandangan Anselmus, yang mengemukakan, bahwa berfikir harus dilaksanakan dalam iman.
v Skolastika Puncak
–       Albertus mangunus (1203 – 1280)
Di samping sebaga birawan, Albertus mangunus juga dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doktor universalis” dan  “doktor magnus”, kemudian bernama Albertus mangnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar artes liberalis, ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedkteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bologna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudia masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teknologi. Selain daripada itu ia juga mengantarkan ajaran Aristotelesdi Eropa Barat, yang oleh karenanya telah membuka keterangan yang baru bagi pemikiran Kristiani terhadap gagasan-gagasan dasar filsafat Aristoteles. Lebih dari siapa pun ia telah memperkenalkan Aristotles kepada dunia Barat. Sekalipun demikian ia tetap setia kepada bebrapa dalil Neoplatonisme, bahkan telah memperkuat pengaruh Neoplatonisme dengan keterangannya yang mengenai ajaran Dionision dan Areopagos.
–       Thomas Aquinas (1225-1274)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Di samping sebagai ahli pikir, ia juga serang dokter gereja bangsa italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, Italia. Ia merupakan tooh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci greja Katolik Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun 1245 belajar pada Albertus Magnus. Pada tahun 1259 menjadi guru besar dan penasihat istana Paus. Karya Thomas Aquinas telah menanadai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad pertengahan. Ia berusaha untuk memebuktikan bahwa iaman Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi tentang pemikirannya yang logis.
Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan ynag berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia mengimbau agar orang-orang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yan terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara keutuhan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yan berada di luar kekuatan pikir. Thomas telah menafsirkan pandangan Tuhan sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan tidak berhubungan dengan atau tidak mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan tidak pernah menciptakan dunia, tetapi zat dan pemikirannya tetap abadi.

v Skolastik Akhir
–       William Ockham (1285 – 1349)
Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkatran umu denga Paus John XXII, ia dipenjara di Alvignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan Mendahlilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda atu demi satu dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak. Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep – konsep atau kesimpulan – kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Disamping itu, ia membantah anggapan skolistik bahwa logika dapat mebuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.
–       Nicolas Cusasus (1401 – 1464 )
Ia sebagi tokoh pemikiran yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengena, yaitu lewat indra, akal, dan instuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjsad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. hanya dengan intuisi inilah kita akn dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui. Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada knyataan, yaitu suatu tempat di mana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan.
Pemikran Nicolas ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikiranya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.

TOKOH ATAU FILOSOF YANG HIDUP PADA MASA MODERN
Tidak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern tlah dimulai secara historis, zaman modern dimuali sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance. Renaisance berarti klahiran kembali, yang mengacu kpaa gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14) tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempatan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembal gereja yang terpecah-pecah. Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang harmonis dari keahlian-keahian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik. Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas. Perhatian yang sungguh-sungguh atas segala hal yang konkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat, dan sejarah. Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern ini didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual dan yang konkret.
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pegetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance. Seperti Rene descartes, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes juga seorng ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalhsistem koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi. Charles Darwin dengan teorinya struggle for life (perjuangan untuk hidup).
Dalam era modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20, muncullah berbagai aliran pemikiran: Rasionalsme, Empirisme, Kristisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.

Filsafat abad pertengahan Masa Skolatik

Masa Skolatik
Istilah Skolatik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Terdapat beberapa penegrtian dari cork khas Skolatik, sebagai berikut;
  • Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolatik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
  • Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada, kejasmanian, kehormatan, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dan lain-lainnya.
  • Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran enegetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi anatar kepercayaan dan akal.
  • Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak diperngaruhi leh ajaran gereja.
Faktor Skolastik ini dapat berkambang dan tumbuh karena beberapa faktor, diantaranya faktor Religius dan fakktor Ilmu Pengetahuan.

  • Skolastik Awal (800-1200)
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742 – 814) dapat memberika suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pegetahuan, termaksud kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecermelangan abad pertengahan, di mana arah pemikiran berbeda sekali dengan sebelumnya.
  • Skolastik Puncak ( 1200-1300)
Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahum 1200-1300 dan masa ini juga disebut masaberbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, di samping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolistik mencapai pada puncaknya.
  • Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai abadke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
  • Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Perancis, Universitas inu merupakan gabungan dari beberpa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
  • Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan-kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D.Scotus, William Ocham.
  • Skolastik Akhir (1300-1450)
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Selain itu, ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkebang ke arah nominalisme, ialah yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjk tentang aspek yang sma dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengetia umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objektif. Perkembangan Skolisik yang paling memuncak dicapai pada pertengahan kedua abad ke-13 dan perempatan pertama abad ke-14. Pada abd ke-14 itu makin lama timbullah rasa jemu terhadap segala macam filsafat yang konstruktip. Sebab orang-orang yang setia kepada pemikiran yang mebangun menampakkan gejala pembekuan. Timbullah dua kelompok pemikir, yaitu dari aliran Thomisme dan Scotisme.

Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli

Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli

  • Menurut Aristoteles
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang berisi ilmu metafisika, retorika, logika, etika, ekonomi, politik dan estetika (filsafat keindahan).
  • Menurut Immanuel Kant
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan), yang merupakan dasar dari semua pengetahuan dalam meliput isu-isu epistemologi (filsafat pengetahuan) yang menjawab pertanyaan tentang apa yang dapat kita ketahui.
  • Menurut Al Farabi
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang sifat bagaimana sifat sesungguhnya dari kebenaran.
  • Menurut Rene Descartes
Filsafat adalah kumpulan semua pengetahuan bahwa Allah, manusia dan alam menjadi pokok penyelidikan.
  • Menurut Plato
Filsafat adalah ilmu yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang sebenarnya.
  • Menurut Langeveld
Filsafat adalah berpikir tentang masalah final dan menentukan, yaitu masalah makna keadaan, Tuhan, kebebasan dan keabadian.
Filsafat
  • Menurut Hasbullah Bakry
Filsafat adalah ilmu yang meneliti secara mendalam tentang ketuhanan, manusia dan alam semesta untuk menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana alam dapat dicapai sejauh pikiran manusia dan bagaimana perilaku manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu
  • Menurut N. Driyarkara
Filsafat adalah refleksi yang mendalam tentang penyebab ‘di sana dan melakukan’, refleksi dari realitas (reality) jauh ke dalam ‘mengapa’ penghabisan itu.
  • Menurut Ir. Proedjawijatna
Filsafat adalah ilmu yang berusaha untuk menemukan penyebabnya deras untuk segala sesuatu dengan pikiran belaka.
  • Menurut Notonogo
Filosofi yang meneliti hal-hal yang menjadi objek inti dari sudut mutlak (di), yang tetap dan tidak berubah, yang juga disebut alami.

Munculnya Filsafat

Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani sejak sekitar abad ke-7 SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir, dan akan membahas keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka, dan tidak disatukan oleh agama jawaban untuk pertanyaan ini.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani, dan tidak di area beradab lain pada waktu itu sebagai Babel, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti orang lain di daerah sehingga tidak ada kasta pendeta intelektual yang lebih bebas.
Orang-orang Yunani adalah yang pertama yang akan diberi gelar filsuf adalah Thales dari Miletus, sekarang di pesisir barat Turki. Tapi Filsuf Yunani yang Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah Plato sedangkan guru Aristoteles adalah murid Plato.
Beberapa berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “hanya Plato Komentar”. Hal ini menunjukkan pengaruh besar Plato tentang sejarah filsafat.
Buku oleh Plato utamanya disebut “etika, republik, maaf, Phaedo dan Crito”.

Macam-Macam Filsafat

  • Filsafat Barat
Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan koloni mereka. Filosofi ini telah berkembang dari tradisi filsafat Yunani kuno.
Karakter utama dari filsafat Barat, seperti Plato, Thomas Aquinas, Rene Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche dan Jean-Paul Sartre.
  • Filsafat Timur
Filsafat Timur adalah tradisi filsafat yang terutama tumbuh di Asia, terutama di India, Cina dan daerah lain yang pernah dipengaruhi oleh budaya. Sebuah tanda dari filsafat Timur adalah hubungan dekat dengan filsafat agama. Meskipun ini adalah kurang dari bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ‘an sich’ masih lebih menonjol daripada agama.
Nama-nama beberapa filsuf Timur, antara lain Siddharta Gautama Buddha / Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Konfusius, Zhuang Zi dan Mao Zedong.
  • Filsafat Timur Tengah
Filsafat Timur Tengah dilihat dari sejarah adalah filsuf yang bisa mengatakan juga pewaris tradisi filsafat Barat. Untuk filsuf pertama di Timur Tengah yang orang Arab atau Muslim, dan juga beberapa orang Yahudi, yang menaklukkan daerah sekitar Mediterania dan perjumpaan dengan tradisi filsafat Yunani dari budaya mereka.
Kemudian mereka menafsirkan dan mengomentari karya-karya Yunani. Ketika Eropa tiba di Abad Pertengahan setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi dan melupakan karya-karya filsuf Yunani klasik Timur Tengah ini mempelajari karya-karya yang sama, dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa.
Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah adalah Ibnu Sina, Ibnu Tufail, Kahlil Gibran, dan Averroes.
  • Filsafat Islam
Filsafat Islam adalah filsafat yang seluruh Muslim Scholar. Ada beberapa perbedaan utama antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meskipun para filsuf Muslim asli untuk mengeksplorasi karya-karya filsafat Yunani klasik, terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam.
Kedua, Islam adalah agama tauhid. Kemudian, ketika filsafat adalah ‘menemukan Tuhan’, dalam filsafat Islam justru Tuhan sudah ditemukan, dalam arti bahwa hal itu tidak berarti usang, dan belum dibahas, namun filsuf Islam, telah difokuskan pada manusia dan alam, karena , seperti diketahui, pembahasan Tuhan hanya akan menjadi diskusi yang tidak pernah final.
  • Filsafat Kristen
Filsafat Kristen pada awalnya dirancang oleh bapa gereja untuk menghadapi tantangan zaman di abad pertengahan. Kristen dunia barat pada waktu itu di tengah-tengah Abad Kegelapan (Dark Ages). Orang mulai mempertanyakan keyakinan agama.
Filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan keberadaan tuhan. Hampir semua filsuf Kristen adalah seorang teolog ahli atau isu-isu agama. Contohnya adalah St Thomas Aquinas dan St Bonaventura.

Tokoh-tokoh filsafat pendidikan

Pendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang mendasar dan mendalam, sehingga diperlukan analisis dan pemikiran filosofis. Selain perumusan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan pemikiran filosofis.
Dalam perkembangan pendidikan menjadi cabang ilmu yang mandiri dipengaruhi oleh pandangan dan konsep yang dikemukan oleh para filosofi..
· Plato (428-348 SM)[3]
Plato merupakan filosofi yunani yang aktif mengembangkan filsafat dengan mendirikan sekolah khusus yang disebut ‘academia’. Plato berpandangan bahwa konsep ide merupakan pandangan terdapat suatu dunia di balik alam kenyataan, sebagai hakikat dari segala yang ada. Artinya apa yang diamati sehari-hari adalah ide tersebut, sebagai sumber segala yang ada: kebaikan dan keburukan. Ide merupakan suatu hal yang objektif yang didalamnya berpusat dan dikendalikan oleh puncak ide yang digambarkan sebagai ide tentang kebaikan yang diformulasikan sebagai tuhan
· Aristoteles (384 – 348 SM)[4]
Aristoteles yang merupakan bapak ilmu berpandangan bahwa ilmu pendidikan dibangun melalui riset pendidikan. Riset merupakan suatu gerak maju dan kegiatan-kegiatan observasi menuju prinsip-prinsip umum yang bersifat menerangkan dan kembali kepada observasi. Pandangan ini berkembang pada abad 13 – 14.
Aristoteles berpandangan bahwa ilmuan hendaknya menarik kesimpulan secara induksi dan deduksi. Dalam tahapan induksi, generalisasi-generalisasi (kesimpulan-kesimpulan umum) tentang bentuk ditarik dari pengalaman pengindraan. Selanjutnya kesimpulan yang diperoleh dari tahapan induksi dipergunakan untuk premis-premis untuk deduksi dari pernyataan-pernyataan tentang observasi.
Penyempurnaan teori aristoteles dilakukan oleh beberapa filosofi lain yaitu:
§ Robert Grosseteste yang menyebutkan bahwa metode induktif-deduktif Aristoteles sebagai Metode perincian dan penggabungan. Tahap Induksi meruapakan sebuah perincian gejala yang menjadi unsur-unsur pokok dan tahap deduksi sebagai penggabungan unsur-unsur poko yang membentuk gejala asli.
§ Roger Bacon mengusulkan agar matematika dan eksperimen merupakan dua instrumen utama dari penyelidikan ilmiah. Dia mengemukakan ada tiga hak istimewa Ilmu Eksperimental : (1) kesimpulan yang diperoleh melalui penalaran induksi diuji lebih dulu dengan eksperimen; (2) penggunaan eksperimen dalam penyelidikan ilmiah menambah ketelitian dan keluasan pengetahuan faktual; (3) dengan kekuatannya sendiri, tanpa bantuan ilmu-ilmu lainnya, eksperimen dapat menyelidiki rahasia alam.
§ John Duns Scotus yang menegaskan sebuah metode induksi dalam bentuk persamaan, yaitu merupakan teknis analisis sejumlah hal khusus yang mempunyai pengaruh khusus terhadap peristiwa.
§ Ockham yang menegaskan metode induksi dalan bentuk perbedaan, bahwa ilmuwan dalam menyusun pengetahuan tentang apa yang diciptakan Tuhan dengan melalui induksi hanya terdapat kesatuan-kesatuan yang bersifat pembawaan di antara gejala-gejala. Metode Ockham membandingkan dua hal khusus dimana yang satu ada pengaruhnya dan satunya lagi tidak ada pengaruhnya.
· Johan Amos Comenius[5]
Filsuf pertama yang memperhatikan dan memberikan konsidensi terhadap orientasi pemikiran filsafat pendidikan adalah Johan Amos Comenius seorang pendeta Protestan. ia berpandangan bahwa manusia itu diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir. Percikan pemikiran Comenius berpengaruh pada teori-teori pendidikannya. Salah satunya adalah peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan.
Comenius juga berpendapat tentang prosedur dalam bidang pendidikan bahwa dari pada membuat kerusakan pada proses alam, lebih baik bersahabat dengan proses alam tersebut. Pendapatnya ini berimplikasi pada pelaksanaan pendidikan dengan keharusan tidak merusak alam dan meniru perkembangan alam. Artinya proses pendidikan tidak dilakukan secara tergesa-gesa, melainkan dilakukan secara terencana dan bertahap sesuai dengan tahapan perkembangan fisik dan psikis peserta didik.
Hal tersebut awal dari pemikiran filsafat pendidikan naturalisme yang lahir pada abad 17 dan mengalami perkembangan pada abad 18.
Dimensi mengenai pemikiran filsafat pendidikan naturalisme adalah sebagai berikut:
§ Dimensi utama dan pertama dari pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukan oleh comenius
§ Dimensi kedua dari filsafat pendidikan Naturalisme yang juga dikemukakan oleh Comenius adalah penekanan bahwa belajar itu merupakan kegiatan melalui Indra.
§ Dimensi ketiga dari filsafat pendidikan Naturalisme adalah pentingnya pemberian pemahaman pada akal akan kejadian atau fenomena dan hukum alam melalui observasi. Observasi berarti mengamati secara langsung fenomena yang ada di alam ini secara cermat dan cerdas. Pendapat Copernicus di atas sangat berpengaruh pada abad ke 18, sehingga abad ini dikenal dengan sebutan abad rasio (age of reason) atau Rasionalisme.
§ Demensi terakhir dari percikan pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme juga dikembangkan oleh Jean Jacques Rousseau berkebangsaan Prancis yang naturalis mengatakan bahwa pendidikan dapat berasal dari tiga hal, yaitu ; alam, manusia dan barang. Bagi Rousseau seorang anak harus hidup dengan prinsip-prinsip alam semesta.
Naturalisme di bidang pendidikan juga dielaborasi oleh kerangka pemikiran John Locke, Ia mengemukakan bahwa teori dalam jiwa diperoleh dari pengalaman nyata, tidak ada sesuatu dalam jiwa tanpa melalui indra. Jiwa senantiasa kosong dan hanya terisi apabila ada pengalaman. Oleh karena alam merupakan spot power bagi pengisian jiwa, maka proses pendidikan harus mengikuti tata-tertib perkembangan alam. Kalau alam serba teratur, ia menghendaki pengajaranpun harus teratur. Mata pelajaran harus diajarkan secara berurutan (sequence) , step by step dan tidak bersamaan.
Selain tokoh-tokoh barat, filsafat pendidikan dalam pandangan tokoh filosofi islam sebagaimana diuraikan berikut[6]
§ Ibnu Khaldun (1332 – 1406 M)
Filosofi Islam yang berpendapat bahwa ilmu pengetahuan merupakan kemampuan manusia untuk membuat analisis dan strategis sebagai hasil dari proses berfikir. Pendidikan merupakan transformasi nilai-nilai yang diperoleh dari pengalaman untuk mempertahankan eksistensi manusia dalam peradaban masyarakat. Pendidikan juga merupakan upaya melestarikan dan mewariskan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat agar masyarakat tersebut bisa tetap eksis.
§ Abduh Ibnu Hasan Khairullah (1849 – ….M)
Filosofi Islam dari Mesir mengemukakan bahwa pendidikan bertujuan mendidik akal dan jiwa serta mengembangkannya hingga batas-batas yang memungkinkan anak didik mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Proses pendidikan dapat membentuk kepribadian muslim yang seimbang, pendidikan tidak hanya mengembangkan aspek kognitif (akal) semata tapi perlu menyeleraskan dengan aspek afektif (moral) dan psikomotorik (keterampilan).
§ Muhammad Iqbal (1877 – 1938M)
Filosofi Islam dari India, berpandangan bahwa pendidikan merupakan bagian tidak dapat dipisahkan dari peradaban manusia, bahkan pendidikan merupakan subtansi dari peradaban manusia. Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang mampu memadukan dualisme (antara aspek keduniaan dan aspek keakhiratan secara sama dan seimbang).
§ Ahmad Dahlan (1869 – 1923M)
Ahmad Dahlan adalah tokoh pendiri Muhammadiyah yang berpandangan bahwa pendidikan bertujuan menciptakan manusia yang (1) baik budi, yaitu alim dalam agama; (2) luas pandangan, yaitu alam dalam ilmu-ilmu umum dan (3) bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat. Pendidikan agama dan pendidikan umum dipadukan secara selaras dan berpegang kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

12 tokoh filsafat pendidikan

Berikut ini adalah 12 tokoh filsafat pendidikan yang bisa menjadi titik tolak dalam mendidik.


  • #1 Horace Mann (1796-1859) Pelopor Pendidikan Sekolah Amerika Untuk Umum: Horace Mann dibesarkan di saat ketika pendidikan tidak mudah diperoleh bagi mereka yang tinggal di daerah pedesaan miskin Amerika. Meskipun pendidikan awal sendiri terbatas, ia masuk di Browns University, belajar hukum, dan kemudian menikmati karir politik dengan sukses. Waktu selama bertugas sebagai perwakilan dan senator pada badan legislatif Massachusetts dan Sekretaris Dewan Pendidikan Massachusetts, dia menggunakan pengaruhnya untuk memajukan perubahan dalam sistem pendidikan Amerika. Orang Amerika bisa berterima kasih Horace Mann untuk pelatihan guru perguruan tinggi, perpustakaan gratis, dan pendidikan umum gratis untuk semua anak-anak dengan pendapatan dari pajak.
  • #2 Freidrich Froebel (1782-1852) Pelopor Pendidikan Anak Usia Dini: Freidrich Froebel adalah seorang pendidik Jerman yang dipengaruhi filsafat pendidikan dari orang seperti Horace Mann dan Maria Montessori. Didasarkan pada keyakinan bahwa anak muda memiliki berbagai sifat bawaan yang akan terungkap secara bertahap secara natural, ia mendirikan taman kanak-kanak di mana kebebasan berekspresi, kreativitas, interaksi sosial, aktivitas motorik dan learning by doing sebagai fokusnya. Banyak dari prinsip yang sama dapat ditemukan dalam program anak usia dini pada masa kontemporer.
  • #3 Charlotte Mason (1842-1923) Pelopor Pendidikan Dalam Area Rumah: Seorang warga Britania, Charlotte Mason memiliki impian bahwa semua anak, tidak peduli apa kelas sosialnya, harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan seni liberal. Dia mendedikasikan dirinya untuk memperbaiki cara bagaimana anak-anak seharusnya dididik. Melihat pentingnya mendidik orang tua pada ranah kedisiplinan dan pelatihan untuk anak-anak, ia mulai Parent’s Education Union. Keyakinan Mason adalah bahwa anak-anak belajar melalui “living books” daripada berbagai teks kering dan melalui pengalaman nyata. Metodenya termasuk penekanan pada kenikmatan kesenian dan studi tentang seniman dan musisi besar. Banyak dari praktik pendidikan Mason cocok untuk diaplikasikan rumah dan metode pendidikannya telah menjadi dasar dari banyak keluarga yang memakai cara homeschooling.
  • #4 Jean Piaget (1896-1980) Pelopor Bagaimana Anak Belajar: Siapa pun yang telah mengambil kelas psikologi anak akan telah mempelajari perkembangan dan banyak teori pembelajaran Jean Piaget, seorang psikolog Swedia. Terpesona dengan bagaimana cara anak-anak berpikir, dia mulai meneliti dan menulis buku tentang masalah psikologi anak. Ketika ia kemudian menikah dan menjadi ayah tiga orang anak, ia disertakan dengan data yang cukup untuk menulis tiga buku! Penelitian dan teori berikutnya telah menjadi dasar dan landasan pemahaman kita tentang perkembangan anak yang normal.
  • #5 Margaret Bancroft (1854-1912) Pelopor Pendidikan Khusus: Bancroft’s kecerdasan, imajinasi, dan dedikasi kepada murid-muridnya membuatnya berbeda sebagai pendidik yang luar biasa. Pada usia 25, ia memulai sebuah usaha yang berani dan kesepian dengan membuka pesantren swasta pertama di Haddonfield, New Jersey, untuk anak-anak dengan keterlambatan perkembangan. Dia percaya bahwa anak-anak cacat diperlukan sekolah khusus, disesuaikan bahan, dan terlatih baik daripada guru untuk dikirim ke lembaga-lembaga. Bancroft’s siswa menanggapi cinta dan kesabaran dan individu-sesuai instruksi. Di bawah pengaruhnya, profesi medis mulai membangkitkan tanggung jawab mereka untuk membantu memperbaiki kerusakan dan cacat pada anak-anak. Pengagum keahliannya datang untuk melatih dan kemudian menjadi pemimpin di bidang pendidikan khusus.
  • #6 Booker T. Washington (1856-1915) Pelopor Pendidikan untuk Afrika-Amerika: Lahir dalam perbudakan dan kemudian dibebaskan, Washington pertama-tama mengetahui perbedaan pendidikan dapat membuat kehidupan seseorang. Sebagai seorang pemuda, Washington diangkat menjadi kepala Tuskegee Institute sekarang disebut Tuskegee University, yang pada mulanya merupakan akademi pelatihan guru untuk orang Afrika-Amerika. Dia adalah pemimpin dari perguruan tinggi tersebut sampai saat kematiannya menjemput. Ia menjadi dominan dan berpengaruh di kalangan politisi dan masyarakat umum dan berbuat banyak dalam membuka jalan hak sipil dan penyatuan pendidikan umum. Itu adalah keyakinan bahwa pendidikan Afrika-Amerika merupakan kesempatan terbaik masyarakat dalam meraih kesetaraan sosial dan masa depan yang lebih baik.
  • #7 John Dewey (1859-1952) Pelopor Pendidikan Progresif: Masa itu adalah ketika Dewey menjabat seorang profesor filsafat dan kepala Universitas Chicago, yang memberikan pengaruh paling besar dalam pendidikan dan dipromosikan banyak reformasi pendidikan melalui sekolah eksperimentalnya. Adalah pandangan Dewey bahwa anak-anak harus didorong untuk mengembangkan “free personalities” dan bahwa mereka harus diajarkan bagaimana untuk berpikir dan untuk membuat penilaian daripada hanya memiliki kepala mereka diisi dengan pengetahuan. Dia juga percaya bahwa sekolah adalah tempat di mana anak-anak harus belajar untuk hidup secara kooperatif. Seorang anggota serikat guru pertama, ia adalah orang yang serius dalam bidang hak guru dan kebebasan belajar (academic freedom).
  • #8 Maria Montessori (1870-1952) Pelopor Pendidikan Individual: Metode Montessori bisa menjadi pilihan populer bagi banyak orangtua yang mencari pendidikan alternatif bagi anak-anak mereka, terutama untuk anak usia dini sampai usia utama. Sebelum dia menaruh minat pada pendidikan, Montessori adalah wanita pertama di Italia yang mendapatkan pelatihan untuk menjadi seorang dokter. Ia ditugaskan menjabat sebagai bagian perawatan medis untuk menangani pasien dari rumah sakit jiwa dan di sanalah ia menemui anak-anak yang memiliki “keterbelakangan”, hal ini adalah sebab utama yang membakar kecintaannya pada pendidikan. Dimulai dengan fasilitas tempat penitipan anak di salah satu lingkungan termiskin di Roma, Montessori meletakkan berbagai teorinya dalam praktek. Kedua metode itu dipengaruhi oleh pelatihan sebelumnya di bidang kedokteran, pendidikan, dan antropologi. Hasilnya luar biasa dan segera menarik banyak perhatian dari banyak bagian dunia, termasuk Amerika. Sisanya, seperti kata mereka, adalah sejarah.
  • #9 John Holt (1923-1985) Pelopor dan sebagai Advokat untuk Pendidikan di Rumah (Home Education) : Sementara Horace Mann berjuang untuk pendidikan umum gratis bagi semua anak, lalu Holt meningkatkan kesadaran akan perlunya reformasi di berbagai sekolah umum di Amerika. Sebagai seorang pendidik, ia menjadi yakin bahwa sistem sekarang membuat sebagian besar anak-anak belajar terutama karena ketakutan. Dikecewakan oleh ketidakmampuan untuk membawa reformasi dan perbaikan di berbagai sekolah umum, Holt berhenti mengajar dan mengabdikan waktunya untuk mempromosikan bermacam idenya. Dia percaya bahwa anak-anak belajar itu paling baik jika diizinkan untuk mengikuti kepentingan mereka sendiri daripada memaksakan belajar kepada mereka. Paparannya dalam pendidikan rumah (home education) membawanya ke penyimpulkan bahwa tempat terbaik untuk mendirikan sebuah lingkungan alam untuk belajar adalah di tempat tinggal anak tersebut atau rumahnya sendiri. Buku-bukunya Holt berdampak besar pada pertumbuhan sektor pendidikan di rumah.
  • #10 Marie Clay (1926-2007) Pelopor Balanced Literacy Model dan Membaca Pemulihan: Lahir di Wellington, Selandia Baru, Marie Clay menjadi pemimpin internasional dalam studi akuisisi anak-anak agar bisa membaca. Kedua metode pengajaran membaca dan bahasa tertulis telah sampai Amerika Serikat dan negara-negara berbahasa Inggris sejak awal mereka tiga dekade lalu. Komponen pemulihan membaca ini dikembangkan sebagai sarana untuk mengangkat anak di first grader menjadi siap sebagai pembelajar. Struktur program ini dilakukan dengan cara bahwa guru mengamati siswanya, apa yang telah diketahui dan dipelajari oleh siswa, lalu membawa siswa tersebut ke tingkat selanjutnya. Anak-anak dikelilingi oleh lingkungan yang kaya bahasa dan didorong untuk memilih buku-buku bacaan yang sesuai dengan kepentingan pribadi mereka.
  • #11 Jerome Bruner (1915 -) Pelopor Teori Discovery Learning: Untuk memerangi pendekatan behavioris pendidikan, Bruner mengembangkan psikologi kognitif dan mempromosikan pendekatan konstruktivis. Teori Discovery Learning didasarkan pada asumsi bahwa anak-anak akan belajar dan mengingat lebih baik dari apa yang mereka temukan bagi diri mereka sendiri dan bahwa mereka lebih mampu mengingat informasi baru jika mereka disambungkan dengan sesuatu yang telah mereka ketahui. Penelitian dan selanjutnya teori tentang perkembangan anak erat sejalan dengan karya Jean Piaget.
  • #12 Howard Gardner (1943 -) Pelopor Teori Multiple Intelligences: Teori Gardner yaitu Multiple Intelligences telah mendefinisikan ulang pandangan para pendidik tentang bagaimana siswa belajar dan harus dinilai. Secara historis, intelijen telah diukur melalui kemampuan untuk memecahkan masalah dan untuk menunjukkan kemampuan kognitif melalui berbagai dikontrol verbal dan tipe kinerja tugas. Teori Gardner memperluas bidang bagaimana individu menampilkan kecerdasan mereka dengan memasukkan linguistik, logis-matematika, musikal, kinestetik-jasmani, istimewa, interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal. Melalui pengaruhnya telah ada penekanan lebih besar pada pengujian kinerja dan pendidik menjadi lebih sadar akan kebutuhan untuk diversifikasi strategi instruksional yang sesuai dengan gaya belajar dan kelebihan siswa.