Kamis, 10 November 2016

ISLAM DALAM KONTEKS BUDAYA NUSANTARA

ISLAM DALAM KONTEKS BUDAYA NUSANTARA 


Disusun oleh :
1.    Sausan Amani
2.    Nurhayati
3.    Regita Putri Utami
4.     Jihad Pamungkas






Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Ekonomi Islam
II A
2015/2016


A.    Relasi Agama dan Budaya
Dalam agama sebagai sistem objektf, yang terdiri dari ajaran iman, peraturan moral, dan upacara-upacara ritual. Budaya menjadi raga dari jiwa ajaran agama. Tanggapan manusia terhadap ajaran agama yang bersumber dari wahyu ilahi diungkapkan secara manusiawi, baik psikologis, maupun simbol-simbol budaya. Budaya menjadi sarana realisasi spiritual dan pencapaian pengetahuan iluminatif tentang Tuhan dan mengapresiasi keindahan alam sebagai anugerah tak terbatas dari Tuhan.
      Atas dasar itu, maka setiap agama memiliki hubungan erat dengan budaya dan seni, bahkan dalam hal tertentu, seni lahir dari agama. Seni dan agama dihubungkan oleh rasa. Dalam islam, seni budaya dikendalikan oleh pangkal dan ujungnya, yakni tujuan meraih takwa. Kesimpulan ini dapat ditarik kesimpulan dari dua hadist berikut :
“ Hendaklah kamu baguskan akan al-Qur’an dengan suaramu, karena suara yang bagus itu menambah keindahan al-Qur’an.” ( Hadist riwayat Imam-imam Al-Hakim, ad-Darimy dan Ibnu Nashar dari Baraa bin Azib ).

B.    Inovasi Budaya Bukan Bidah
Para ulama membagi bid’ah ke dalam lima kategori, yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Bid’ah wajib, seperti menciptakan ilmu bantu untuk memahami Al-Qur’an mencakup ilmu nahwu, ushul fiqh, dan seterusnya.
Bid’ah Sunnah, yaitu kebaikan yang tidak ada di zaman Rasulullah seperti teraweh berjamaa.
Bid’ah Mubah, seperti menegenakan baju yang indah dan memiliki rumah yang bagus.
Bid’ah haram, seperti perkara baru yang jelas menentang al-Qur’an dan sunnah.
Bid’ah yang wajib dan sunnah itulah yang masuk kedalam gerakan inovasi. Inovasi dakwah islam sudah dimulai sejak awal sejarah islam, yakni mulai kodifikasi al-Qur’an dan hadist serta pembangunan masjid.
Inovasi tidak dapat dipisahkan dari dakwah islam. Mushaf al-Qur’an dan kitab-kitab hadits yang menjadi referensi kita dalam menggali nilai-nilai islam adalah produk inovasi. Dengan kecerdasan para ulama memahami konteks zaman, mereka giat membuka hadits yang tidak diperintahkan bahkan dilarang oleh Rasulullah.
Inovasi lain yang menjadi tantangan umat Islam, saat kaum muslim berhasil melakukan ekspansi adalah tempat ibadah. Umat Islam membangun masjid sebagai simbol politik dan keagamaan atas kehadiran muslim di wilayah tersebut. Contohnya masjid Cordoba yang menandai kehadiran muslim di Spanyol.

C.     Dakwah Kultural Indonesia
Pendekatan dakwah kultural yang dilakukan para wali membentuk corak islam nusantara yang khas, yaitu Islam yang bersifat ke Indonesiaan. Efektivitas pendekatan kultural dalam meneyebarluaskan agama Islam terlihat pada peninggalan-peninggalan para wali yang berwujud tradisi lokal, antara lain :
1.     Arsitektur Masjid
2.     Makam atau Nisan
3.     Gamelan dan Wayang
4.     Sastra
5.     Tradisi

D.    Model Budaya Islam Nusantara
Diantara tradisi yang dikenal luas di Nusantara adalah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW tidak pernah merayakan hari kelahirannya. Bahkan ketika beliau sudah wafat, para sahabat pun tidak melakukannya.
Riwayat yang ditemukan bahwa Rasulullah merayakan hari lahirnya dan penerimaan wahyunya dengan cara berpuasa. Rasulullah saw berpuasa setiap hari senin untuk mensyukuri kelahiran dan awal penerimaan wahyunya.
Sejak saat itu ada tradisi memperingati hari kelahiran nabi Muhammad SAW dibanyak negeri Islam. Di Indonesia terutama di pesantren, Kyai bersama para santri membacakan syair dan sajak-sajak, tanpa diiisi dengan ceramah.
Namun kemudian muncul ide untuk memanfaatkan momentum tradisi maulid nabi Muhammad SAW untuk media dakwah dan pengajaran Islam. Akhirnya ceramah menjadi acara inti yang harus ada.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar