PENERAPAN PENDIDIKAN MATEMATIKA LOGIS UNTUK ANAK USIA DINI
Abstrak
Naskah yang berjudul Penerapan
Pendidikan Metematika Logis untuk Anak Usia Dini mengajukan masalah bagaimana
penerapan Pendidikan Matematika Logis pada Anak usia dini. Untuk mengatasi
masalah diatas penulis pengajukan konsep agar anak usia dini bisa memahami
pelajaran matematika dengan mudah dan menyenangkan. Pada anak usia dini
perkembangan kemampuan matematis dimulai sejak kecil, dan berlanjut saat
anak-anak berkembang secara mental,fisik,dan sosial,yang berpengaruh secara
langsung terhadap perkembangan dan kemampuan mereka. Pendidikan
matematika dapat diberikan kepada anak sejak usia 0—6 tahun. Anak pada usia 0—6
tahun perlu mendapat perhatian khusus karena pada usia inilah kesiapan mental
dan emosional anak mulai dibentuk. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ikut serta
dalam menjamin mutu pendidikan dan keberhasilan akademis secara signifikan
dipengaruhi oleh kualitas masukan pendidikan yaitu kesiapan mental dan
emosional anak memasuki sekolah dasar.
Kata Kunci: Pendidikan
matematika PAUD
Rendahnya mutu pendidikan masih
disandang bangsa Indonesia. Hal ini dapat diminimalkan dengan mengoptimalkan
pendidikan pada anak sejak dini, terutama pendidikan matematika. Mengingat
image masyarakat terhadap matematika yang menganggap pelajaran yang menakutkan.
Padahal, matematika dapat diberikan kepada anak sejak usia 0—6 tahun. Anak
mulai belajar dan beradaptasi dengan lingkungannya sejak bayi. Hal ini dikarenakan
pertumbuhan otak bayi dibentuk pada usia 0—6 tahun. Oleh sebab itu asupan
nutrisi yang cukup juga harus diperhatikan. Menurut Mujib dan Mudjakir
(2001:70) “didalam otak terdapat neurologi sekitar 50% kapasitas kecerdasan
manusia terjadi pada usia 4 tahun, 80`% terjadi ketika usia 8 tahun, dan 100%
ketika anak mencapai usia 8 – 18 tahun”.Itulah sebabnya, mengapa masa anak-anak
dinamakan masa keemasan. Sebab, setelah masa perkembangan ini lewat, berapapun
kapabilitas kecerdasan yang dicapai oleh masing-masing individu, tidak akan
meningkat lagi. Bagi yang memiliki anak, tentu tidak ingin melewatkan masa
keemasan ini.
Pada dasarnya setiap anak
dianugerahi kecerdasan matematika logis. Gardner(1999:12) mendefinisikan
kecerdasan matematis logis sebagai kemampuan penalaran ilmiah, perhitungan
secara matematis, berpikir logis, penalaran induktif atau deduktif, dan
ketajaman pola-pola abstrak serta hubungan-hubungan. Dapat diartikan juga
sebagai kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika
sebagai solusinya. Anak dengan kemampuan ini akan senang dengan rumus dan
pola-pola abstrak. Tidak hanya pada bilangan matematika, tetapi juga meningkat
pada kegiatan yang bersifat analitis dan konseptual. Menurut Gardner(1999:24)
ada kaitan antara kecerdasan matematik dan kecerdasan linguistik. Pada
kemampuan matematika, anak menganalisa atau menjabarkan alasan logis, serta
kemampuan mengkonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Kecerdasan
linguistik diperlukan untuk merunutkan dan menjabarkannya dalam bentuk
bahasa. Oleh sebab itu masalah yang diajukan dalam tulisan ini adalah bagaimana
merangsang kecerdasan matematis logis anak sejak usia dini dan bagaimana kita
menanamkan konsep matematis logis sejak dini dalam kehidupan sehari-hari.
Merangsang Kecerdasan Matematis
Logis Anak Sejak Usia Dini
Kita bisa mengenalkan pertama kali
pemahaman konsep matematika sejak usia dini dari lingkungan sekitar kita dan
pengalaman sehari-hari anak serta memberikan stimulasi yang mendukung. Tentu
saja hal ini dilakukan tanpa paksaan dan tekanan, dan melalui
permainan-permainan. Dalam pendidikan anak, peran orangtua tak tergantikan dan
rumah merupakan basis utama pendidikan anak. Banyak permainan eksplorasi yang
bisa mengasah kemampuan logika matematika anak, namun tentu hal ini harus
disesuaikan dengan usia anak. Saat anak balita bermain pasir, anak sesungguhnya
sedang menghidupkan otot tangannya yang melatih motorik halusnya sehingga kelak
anak mampu memegang pensil, menggambar dan lain-lain. Dengan bermain pasir anak
sesungguhnya belajar estimasi dengan menuang atau menakar yang kelak
semua itu ada dalam matematika. (Damayanti,Ratna,Dwi dan Wahyuni 2005:21)
Ketika kita mengenalkan angka pada
anak jangan hanya sebagai simbol, misalnya kita mempunyai dua apel, sediakan
dua buah apel. Sehingga anak paham tentang konsep angka dan bilangan. Lagu juga
bisa menjadi media untuk memperkenalkan berbagai tema tentang angka. Seperti
lagu balonku ada lima. Atau kita bisa berkreasi menciptakan lagu sederhana
sendiri sambil memperagakan jari kita sebagai alat untuk menghitung, sehingga
secara perlahan anak mudah menangkap konsep abstrak dalam bilangan.
Setelah anak mengenal bilangan 1 sampai 10, maka bisa dikenalkan bilangan
nol. Memberikan pemahaman konsep bilangan nol pada anak usia dini tidaklah
mudah. Permainan ini dapat dilakukan dengan menghitung magnet yang ditempelkan
di kulkas. Cobalah mengambil satu persatu dan mintalah anak menghitung
yang tersisa. Lakukan berulangkali sehingga magnet di kulkas tidak ada lagi
yang melekat. Saat itu dapat diunjukkan bahwa yang dilihat pada kulkas adalah 0
(nol) magnet.
Menanaman Konsep Matematis Logis
Sejak Dini dalam Kehidupan Sehari-hari
Saat berada di dapur, kita bisa mengenalkan konsep klasifikasi dan
pengelompokan yangberkaitan dengan konsep logika matematika, misalnya dengan
cara anak diminta mengelompokkan sayuran berdasarkan warna. Mengasah kemampuan
berhitung dalam pengoperasian bilangan sederhana, misalnya ketika tiga buah
apel dimakan satu buah maka sisanya berapa. Bisa juga membuat bentuk-bentuk
geometri melalui potongan sayuran. Sesekali lakukan juga kegiatan membuat kue
bersama, selain dapat menambah keakraban dan kehangatan keluarga, anak-anak
juga dapat belajar matematika melalui kegiatan menimbang, menakar, menghitung
waktu. Memasak sambil melihat resep juga melatih keterampilan membaca dan
belajar kosakata. Jangan risaukan keadaan dapur yang akan menjadi kotor dan
berantakan dengan tepung dan barang-barang yang bertebaran, karena seperti
slogan sebuah iklan bahwa berani kotor itu baik. Anak senang dan tanpa sadar
mereka telah belajar banyak hal. Saat dimeja makan pun kita mengajarkan
pembagian dengan bertanya pada anak, misalnya supaya kita sekelurga kebagian
semua, puding ini kita potong jadi berapa ya? Lalu bila puding sudah
dipotong-potong, angkat satu bagian dan tanyakan seberapa bagiankah itu? Hal
ini terkait dengan konsep pecahan.
Kita dapat juga memberikan konsep
matematika seperti pemahaman kuantitas, seperti berapa jumlah ikan hias di
akuarium. Ketika bersantai di depan rumah, anak diajak menghitung berapa banyak
motor yang lewat dalam 10 menit. Kenalkan juga konsep perbandingan seperti
lebih besar, lebih kecil dan sebagainya, misalnya dengan menanyakan pada anak
roti bolu dengan roti donat mana yang ukurannya lebih besar. Saat kita
mengenalkan dan menanyakan pada anak bahwa mobil bergerak lebih cepat daripada
motor, pohon kelapa lebih tinggi dari pohon jambu, atau tas kakak lebih berat
daripada tas adik, sebenarnya hal ini sudah termasuk mengajarkan anak pada
konsep kecepatan, panjang dan berat, sehingga fungsi kecerdasan matematikanya
menjadi aktif.
Untuk kegiatan di luar rumah,
ketika kita mengajak anak berbelanja, libatkan ia dalam transaksi sehingga
semakin melatih keterampilan pengoperasian seperti penjumlahan dan
pengurangan. Bisa juga dengan permainan toko-tokoan atau pasar-pasaran dengan
teman-temannya. Kita juga dapat memberikan anak mainan-mainan yang edukatif
seperti balok-balok, tiruan bentuk-bentuk geometri dengan dihubungkan dengan
benda-benda disekitar mereka Ada bentuk-bentuk geometri seperti segitiga,
segiempat, lingkaran, persegi panjang dan lain-lain. Pengenalan bentuk geometri
yang baik, akan membuat anak lebih memahami lingkungannya dengan baik. Saat
melihat roda mobil misalnya anak akan tahu kalau bentuknya lingkaran, meja
bentuknya segiempat, atap rumah segitiga dan sebagainya. Kita juga bisa
memberikan game-gamedalam komputer yang edukatif yang mampu merangsang
kecerdasan anak.
Menurut Harlan (2008:1)
Permainan-permainan tradisional pun dapat merangsang dan meningkatkan
kecerdasan matematis logis anak seperti permainan congklak atau dakon sebagai
sarana belajar berhitung dan juga bermanfaat melatih kemampuan manipulasi
motorik halus terutama melatih kekuatan jari tangan yang di kemudian hari
bermanfaat untuk persiapan menulis. Selama bermain anak dituntut untuk fokus
mengikuti alur permainan yang pada gilirannya akan melatih konsentrasi dan
ketekunan anak yang dibutuhkan saat anak mengikuti pelajaran disekolah.
Simpulan
Bagi usia prasekolah, ketika
orangtua sudah mulai merangsang kecerdasan logis matematis dirumah, maka akan
lebih mudah bagi anak menerima konsep matematika ketika mulai masuk sekolah.
Bagi anak yang telah masuk sekolah, orangtua juga harus terus mendukung dengan
memberikan berbagai macam eksplorasi ataupun permainan-permainan yang semakin
mengasah kecerdasan matematik logis anak dengan cara yang kreatif dan
menyenangkan untuk terus menarik keingintahuan anak. Dengan demikian anak akan
menyukai pelajaran matematika karena matematika ternyata ada disekitar mereka
dan mereka mengetahui tujuan belajar matematika.
Saran
Tentu hal ini harus didukung
dengan pola pengajaran matematika di sekolah yang menyenangkan, kreatif,
kontekstual, realistik, menekankan pada proses dan pemahaman siswa
dan problem solving (pemecahan masalah), kreatif dalam mengenalkan
dan mengajarkan konsep matematika serta dengan berbagai macam permainan dan
alat peraga yang menarik sehingga matematika akan menjadi pelajaran yang
menyenangkan dan ditunggu-tunggu. Disini tugas orangtua dan pendidiklah yang
mempertahankan sifat-sifat yang menjadi dasar kecerdasan anak agar bertahan
sampai tumbuh dewasa, dengan memberikan faktor lingkungan dan stimulasi yang
baik untuk merangsang dan mengoptimalkan fungsi otak dan kecerdasan
anak.Misalnya dengan pendidikan matematika logis ini.
DAFTAR RUJUKAN
Damayanti,Ratna,Dwi dan
Wahyuni.2005.Program Pendidikan Anak Usia Dini di Prasekolah
Islam.Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia
Howard,Gardner.1999. Multiple
Intelligences.Terjemahkan oleh Moch Hanafi.2000.Bandung: Remaja Rosdakarya
Harlan.2008.Matematika untuk
PAUD.(http:www Matematika PAUD.co.id,diakses 30Mei 2010)
Mujib dan
Mudjakir.2001 Tumbuh Kembang Anak.Surabaya:Remaja Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar